New York,(ANTARA News) - Setidaknya lima warga Indonesia diketahui berada di Haiti ketika ibukota negara tersebut pada Selasa (12/1) diguncang gempa berkekuatan 7 Skala Richter, yang dikhawatirkan menewaskan ratusan bahkan ribuan orang.
Dua dari lima warga Indonesia, yang diketahui bernama Endang Satriyani dan Yogi Anggoro, telah dipastikan dalam keadaan selamat, sementara tiga warga Indonesia lainnya masih belum diketahui nasibnya.
Kepastian bahwa Endang dan Yogi selamat dari bencana diperoleh Perwakilan Tetap RI (PTRI) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York yang melakukan penelusuran melalui berbagai jalur.
Menurut Kuasai Usaha Ad Interim PTRI-New York Duta Besar Hasan Kleib dalam wawancaranya dengan ANTARA, Rabu, Endang dan Yogi ketika gempa mengguncang sedang berada di gedung markas besar Misi Stabilisasi PBB di Haiti (MINUSTAH) di ibukota Haiti, Port au Prince.
Gedung yang berlokasi di Hotel Christopher itu roboh hingga menewaskan pemimpin MINUSTAH Hedi Annabi.
Menurut Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon lebih dari 100 anggota staf PBB, termasuk Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Haiti Hedi Annabi beserta wakilnya Luiz Carlos da Costa sedang berada di gedung tersebut, yang sebagian besar belum diketahui keberadaannya.
Banyak pihak mengkhawatirkan mereka juga tewas karena tertimpa reruntuhan.
Endang dan Yogi sendiri --yang bekerja untuk MINUSTAH sebagai tenaga sukarela-- berhasil menyelamatkan diri.
"Keduanya berhasil keluar sebelum gedung itu runtuh," papar Hasan Kleib.
Sejauh ini, kata Hasan, pihak PTRI New York baru dapat berhasil melakukan kontak dengan Yogi melalui pihak ketiga, yaitu warga Indonesia yang bekerja untuk Misi PBB di Liberia (UNMIL), Luigi Pralangga.
Dari Yogi pulalah diketahui ada tiga warga negara Indonesia lainnya --semuanya perempuan, yang diyakini berada di Port au Prince ketika gempa bumi terjadi.
"Yogi mengatakan ia baru-baru ini sempat bertemu mereka di Port au Prince. Ketiga warga Indonesia itu mengaku berasal dari Bali. Namun nama-namanya belum diketahui. Mereka dikabarkan bekerja di Hotel Caribee di Port au Prince," kata Dubes Hasan.
Untuk menelusuri keberadaan dan nasib ketiga WNI itu, ujar Hasan, PTRI terus bekerja sama dengan kantor MINUSTAH di New York, yang melakukan koordinasi dengan kantor MINUSTAH di Port Au Prince.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010
saya turut prihatin dengan kondisi yang sekarang terjadi di Haiti...
makanya kita semua harus cepet-cepet tobat,
duni sudah tidak kuat lagi menopang manusia-manusia yang seperti kita,yang selalu zalim dengan dirinya dan sekitarnya.
tapi sekali lagi saya turut berbela sungkawwa dengan meninggalnya ribuan orang disana.
mdh2an tuhan selalu mengampuni kita,walau dosa kita begitu besar.
amiiiiiiiiiiiiiiiiiin