Karena kesulitan komunikasi pula, Markas Besar PBB di New York, belum mendapatkan informasi yang lebih menyeluruh mengenai kondisi terakhir di Haiti.
Salah satu informasi yang masih tersendat adalah upaya memastikan para korban selamat maupun meninggal dalam bencana alam tersebut.
"Kami belum punya data berapa yang meninggal atau luka-luka. Kami khawatir jumlah itu akan mencapai ratusan. Fasilitas media dibanjiri oleh mereka yang mengalami luka-luka," kata Sekjen.
Menurut Ban, banyak dari staf PBB di lapangan yang sedang menjalankan misi stabilisasi di Haiti (MINUSTAH), termasuk Utusan Khusus Sekjen PBB Hedi Annabi dan wakilnya, Luiz Carlos da Costa, masih belum ditemukan dari reruntuhan markas MINUSTAH.
"Sebagian besar komunikasi terputus. Tapi ada saluran komunikasi yang sangat terbatas. Kami mencoba menggunakan komunikasi melalui satelit, tapi mengalami kesulitan. Namun kami terus mencoba melakukan kontak dengan Haiti," kata Ban kepada wartawan di New York.
Sejauh ini, informasi yang sudah dapat dipastikannya adalah bahwa gedung, bangunan dan infrastruktur di Port au Prince mengalami rusak parah.
Demikian pula dengan fasilitas kebutuhan mendasar seperti air dan listrik, hampir semuanya mengalami kerusakan parah.
"Tidak ada keraguan bahwa kita sedang menghadapi situasi darurat kemanusiaan yang parah dan bantuan dalam skala besar sangat dibutuhkan," kata Ban yang menyatakan bahwa ia akan berkoordinasi dengan Pemerintah AS maupun utusan khususnya, Bill Clinton, dalam menggalang bantuan internasional.
Berhubung Hedi Annabi maupun wakilnya Luiz Carlos da Costa masih belum diketahui nasib dan keberadaannya, Ban mengatakan dirinya akan mengirim Edmot Mulet --yang juga pernah menjadi utusan khusus-- untuk memimpin operasi pencarian korban serta membantu mengatur misi MINUSTAH di Haiti.
"Saya berkeinginan mengunjungi Haiti sesegera mungkin ketika situasinya sudah memungkinan. Namun saat ini saya akan mengirim Mulet. Jika segalanya lancar, ia akan bertolak ke Haiti pada Jumat ini atau sesegera mungkin," kata Ban.
Ia juga menyampaikan bahwa PBB saat ini memiliki pasukan berkekuatan 3.000 personil di dan sekitar Port au Prince, yang akan bertanggung jawab mengamankan lokasi dan menjaga ketertiban sipil serta keamanan ibukota pasca gempa.
Sementara itu di Markas Besar PBB, New York, sepanjang Rabu para pejabat tinggi PBB melakukan serangkaian pertemuan terpisah menyangkut perkembangan bencana gempa bumi di Haiti.
Sekjen PBB, misalnya, pada Rabu sore hadir dalam sidang Majelis Umum untuk menjelaskan kepada para anggota PBB soal situasi di Haiti, termasuk soal sejauh mana badan-badan PBB dikerahkan untuk menangani dampak yang ditimbulkan gempa 7 Skala Richter itu.
Para pejabat lain yang melakukan berbagai pertemuan antara lain Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Haiti yang juga mantan Presiden AS Bill Clinton, Alain Le Roy, Wakil Sekjen PBB untuk Operasi Penjagaan Perdamaian Alain Le Roy dan Wakil Sekjen PBB urusan Kemanusiaan dan Koordinator Penanganan Darurat, John Holmes. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010