Ketinggian ini membuat pandangan ATC lebih luas dan mampu memantau seluruh pergerakan area bandara

Jakarta (ANTARA) - Menara pemandu lalu lintas penerbangan Airnav Indonesia di Bandara Internasional Yogyakarta yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo memiliki delapan kelebihan, salah satunya tahan gelombang tsunami.

Direktur Utama AirNav Indonesia Pramintohadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat mengatakan menara YIA memiliki delapan keunggulan dibandingan dengan Menara Adisujtipto.

Pertama, menara YIA memilki tinggi 39,5 meter, lebih tinggi dibanding menara Adi Sutjipto yang setinggi 25 meter.

“Ketinggian ini membuat pandangan ATC lebih luas dan mampu memantau seluruh pergerakan area bandara,” ujarnya.

Kedua, menara YIA dibangun hanya 7,5 bulan saja, termasuk salah satu yang tercepat. Ketiga, menara ini dibangun tahan gempa hingga 8,8 magnitudo.

“Keunggulan keempat adalah menara dibangun tahan terhadap tsunami dan dapat langsung beroperasi melayani penerbangan setelah tsunami berhenti. Hal itu dikarenakan seluruh peralatan navigasi ditempatkan pada ketinggian 15 mdpl, sebab gelombang tsunami berada pada rentang 8 - 12,8 meter,” katanya.

Kelima, lanjut Pramintohadi, menara itu dilengkapi dengan fasilitas peralatan navigasi penerbangan yang modern.

Menara Pemandu Lalu Lintas Penerbangan YIA dilengkapi dengan menara set, radar monitoring, radio VHF, telephone direct speech dan Automatic Terminal Information Service (ATIS).

Fasilitas Gedung operasional dilengkapi dengan radar control display, radio VHF, telephone direct speech dan Automated Weather Observing System (AWOS) bekerja sama dengan BMKG.

Selain itu, AirNav Indonesia juga memiliki gedung administrasi yang dilengkapi dengan ruangan dan fasilitas perkantoran modern serta ramah lingkungan.

“Keenam, kami juga melayani pendaratan pesawat berbasis satelit, yang biasa disebut Performance Based Navigation (PBN),” terang Pramintohadi.

Ketujuh, kapasitas runway YIA 28 pergerakan per jam, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Adi Sutjipto sebanyak 17 pergerakan per jam.

“Dengan kapasitas tersebut, Bandara Adisutjipto melayani 280 sampai dengan 300 pergerakan pesawat udara per harinya. Sedangkan YIA, memiliki kapasitas landasan pacu 28 pergerakan pesawat udara per jam. Jadi bisa dibayangkan penambahan kapasitas pergerakan pesawat udara yang cukup signifikan dalam mendukung konektivitas udara untuk wilayah Yogyakarta,” paparnya.

Paling akhir, alur penerbangan (flow traffic) di bandara ini lebih lancar dibandingkan Bandara Adisutjipto, sehingga jadwal penerbangan lebih teratur.

Pramintohadi menyampaikan, dengan peresmian tersebut, wilayah ruang udara Yogyakarta saat ini memiliki dua bandar udara aktif, sehingga meningkatkan kapastitas penerbangan di wilayah tersebut. AirNav Indonesia, lanjutnya, telah menyiapkan skema operasional layanan navigasi penerbangan untuk kedua bandar udara tersebut, sebab AirNav mengoperasikan layanan navigasi penerbangan di kedua bandara tersebut secara bersama-sama.

“Bandara Adisutjipto akan beroperasi untuk slot penerbangan militer dan latihan. Sedangkan untuk YIA akan fokus melayani penerbangan komersil. AirNav Indonesia akan memberikan layanan aerodrome control (ADC) untuk pesawat udara yang take-off dan landing di YIA melalui Menara Pemandu Lalu Lintas Penerbangan YIA. Sedangkan untuk pesawat udara di ruang udara Yogyakarta dengan ketinggian 4.000 sampai dengan 24.500 kaki akan dilayani oleh unit approach control (APP) yang bertempat di Bandara Adi Sutjipto yang telah dilengkapi dengan Radar Surveillance dengan coverage hingga radius 183 nautical miles,” jelas Pramintohadi.

AirNav Indonesia, lanjutnya, menginvestaskan total Rp87,6 miliar untuk membangun menara, gedung administrasi, gedung operasional dan fasilitas navigasi penerbangan.

Menara baru ini berada di kawasan dengan luas lahan 15.651 m2 dan luas bangunan 5.209 m2 di YIA. Fasilitas yang dimiliki untuk mendukung layanan navigasi penerbangan di YIA antara lain adalah fasilitas pendaratan yang terdiri dari Instrument Landing System (ILS), Terminal-DME, dan prosedur pendaratan berbasis satelit performance-based navigation (PBN) serta SID/STAR RNAV1.

Baca juga: Kapasitas Bandara Yogyakarta capai 11 kali dari Adisutjipto
Baca juga: Presiden Jokowi yakin Bandara Yogyakarta bakal jadi bandara teramai

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020