Kurang kemampuan pemasaran digital, kurang platform e-commerce untuk ekspor dan konsekuensi biaya tinggi

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio mengungkapkan sejumlah tantangan harus dihadapi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) sektor kreatif untuk memasuki pasar global.

“Terkait logistik, dokumen dan administrasi, biaya ekspor tinggi karena kebanyakan pelaku ekonomi kreatif masih didominasi UMKM yang tidak semua paham proses ekspor,” kata Menparekraf dalam Karya Kreatif Indonesia 2020 di Jakarta, Jumat.

Tantangan lain yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dengan pelaku ekonomi kreatif yakni UMKM sektor kreatif bukan memproduksi produk massal sehingga kemampuan produksi masih kecil.

Selain itu kurangnya mesin produksi, kesulitan informasi pasar terutama terkait pasar potensial untuk produknya, dan kurang berani dalam menjajaki pasar ekspor.

Baca juga: Menparekraf ajak swasta terlibat kembangkan produk kreatif lokal

“Kurang kemampuan pemasaran digital, kurang platform e-commerce untuk ekspor dan konsekuensi biaya tinggi,” ujar Menparekraf.

Tak hanya itu, lanjut dia, pelaku UMKM juga masih banyak dihadapkan dengan prasyarat dan sertifikasi yang rumit dan mahal, regulasi perizinan yang harus bisa disederhanakan misalnya perizinan ekspor termasuk biaya masuk di negara tujuan.

Ketika diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran COVID-19, kata dia, banyak pelaku kreatif mendapatkan kesulitan terkait bahan baku karena banyak bahan baku dasar perlu impor luar negeri.

“PSBB membuat distribusi logistik terganggu yang membuat barang kiriman yang dibeli menjadi lebih lama,” katanya.

Baca juga: Kemenparekraf buka pendaftaran program bantuan insentif pemerintah

Saat PSBB, lanjut dia, pendapatan pelaku kreatif menurun karena tidak ada konsumen yang membeli dan mereka mengalami kesulitan dalam pinjaman modal.

Untuk menjawab tantangan itu, lanjut dia, pihaknya memiliki program yang mengikutsertakan UMKM terpilih untuk ikut promosi daring di luar negeri dan membuat direktori khusus untuk produk kreatif disebarkan di seluruh perwakilan Indonesia di luar negeri.

Kerja sama dengan pemangku kebijakan terkait untuk memberikan bantuan stimulus dan pinjaman modal kepada pelaku kreatif juga dilakukan termasuk mengajak masyarakat mencintai dan bangga produk dalam negeri serta kerja sama dengan market place.

Baca juga: Menteri Koperasi akan percepat proses Go Digital UMKM

Pandemi COVID-19, lanjut dia, diharapkan menjadi momentum industri kreatif mengakselerasi digitalisasi dengan memanfaatkan platform e-commerce.

Sejalan dengan itu, pemerintah juga meluncurkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Mei 2020 agar menumbuhkan rasa bangga buatan Indonesia.

Hingga 15 Agustus 2020, kata dia, ada penambahan sekitar 1,6 juta UMKM yang masuk ekosistem digital sejak gerakan itu diluncurkan pada Mei 2020.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah pelaku UMKM tahun 2018 mencapai sekitar 64 juta. Namun, baru sekitar 13 persen atau sekitar delapan juta di antaranya yang sudah digital.

Baca juga: Dirjen Kemenperin: e-smart mampu tingkatkan omset tujuh kali lipat

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020