"Kedua tempat bersejarah dan memiliki nilai budaya yang tinggi itu adalah Benteng Ujung Pandang atau Fort Rotterdam di Makassar dan Rumah Adat Balla Lompoa di Kabupaten Gowa," kata Ketua Panitia Seminar Internasional Dr Majdah Muhiddin Agus Arifin Nu`mang di Makassar, Selasa.
Dia mengatakan, kehadiran mantan PM Malaysia itu, untuk menghadiri seminar internasional yang digelar Kamis (14/1) di Baruga AP Pettarani, Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar.
"Beliau akan menjadi pembicara utama untuk membahas tema seminar yang diangkat yakni `Demokrasi untuk Kesejahteraan Rakyat`," katanya.
Khusus mengenai lokasi kunjungan ke kedua tempat bersejarah itu, Majdah mengatakan, hal tersebut merupakan bagian dari program "city tour" yang disiapkan pihak panitia dari Rektorat Unhas.
Benteng Ujung Padang merupakan peninggalan bersejarah kota yang berjulukan "Anging Mammiri" ini. Dibangun pada tahun 1545 oleh kerajaan Gowa. Kemudian benteng yang letaknya di tepi laut (Pantai Losari) itu direbut dan dibangun kembali pada tahun 1667 oleh Belanda.
Dinding luar yang tebalnya dua meter dan tinggi tujuh meter membentuk kotak yang besar. Di setiap sudut dan pintu utama dibuat benteng pertahanan yang menonjol ke luar dalam bentuk berlian, membuat benteng sulit ditundukkan, sehingga Belanda dapat bertahan di sana selama ratusan tahun pada masa penjajahan.
Hingga kini, benteng itu masih menjaga laut Makassar dan mempertontonkan contoh besar dari arsitektur kolonial Belanda. Tempat tersebut juga merupakan pusat kebudayaan, museum hidup untuk Sulsel yang dilengkapi dengan Museum Lagaligo yang memajang benda-benda pusaka dan bersejarah.
Sementara rumah adat Balla Lompoa yang terletak di Sungguminasa, Kabupaten Gowa di dalamnya terdapat museum yang menyimpan benda-benda pusaka seperti mahkota (salokoa) yang terbuat dari emas murni seberat 1.786 gram dan berhias 250 gram berlian mendapat urutan pertama.
Benda pusaka tersebut diyakini sudah ada sejak Raja Gowa pertama Tumanurung Bainea yang memerintah antara tahun 1.300-1.345 Masehi.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010