"Program kunjungan guru-guru dari pesantren ke Jepang digagas sejak enam tahun lalu. Tahun 2010 merupakan yang keenam secara beruntun," kata Kojiro Shiojiri sebagaimana disampaikan Staf Khusus Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang Atsushi Sano, kepada ANTARA di Bogor, Jabar, Selasa.
Atsushi Sano mengatakan, setiap tahun rata-rata pemerintah Jepang mengundang 12 kiai ke negeri berjuluk "Matahari Terbit" itu.
"Hingga tahun lalu kami sudah melibatkan 59 kiai berkunjung ke Jepang. Tahun ini ada 12 orang dan dalam enam tahun ini telah diundang 71 kiai," katanya.
Ia mengemukakan, program tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, yakni untuk membangun hubungan yang lebih harmonis serta saling pengertian ke depannya.
Menurut dia, dalam konteks pergaulan global, Indonesia merupakan mitra strategis Jepang. Posisi Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia serta salah satu dari negara dengan penduduk terbesar menjadi pertimbangan.
"Kami ingin membangun hubungan yang lebih baik lagi dan saling menguntungkan dengan Indonesia," katanya.
Karena itu, kata dia, pihak Kedubes Jepang banyak melibatkan pesantren dalam berbagai program yang mereka gagas.
Hal tersebut tak lain karena pesantren merupakan corak pendidikan khas Indonesia yang mengakar sangat kuat di tengah masyarakat serta memiliki independensi yang baik.
"Pesantren mencerminkan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia. Kami berharap pesantren terus lestari dan bertahan di tengah arus globalisasi," ujarnya.
Atas dasar itu, pemerintah Jepang mengundang undang Kiai kenegara itu untuk mendapatkan pengalaman baru yang bisa dibawa ke Indonesia serta digunakan untuk mengembangkan pendidikan pesantren ke depan.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010