Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berbagi sepeda dengan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis.
Para nelayan dan petani tambak yang mendapat sepeda adalah mereka yang dapat membuktikan diri dapat melafalkan Pancasila dengan benar.
"Pengetahuan para nelayan tentang Pancasila bukan sebatas hapalan semata. Bahkan saat diminta membacakan Pancasila secara acak, mereka tetap bisa melakukannya," ujar Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Turut hadir mendampingi Bamsoet, antara lain Sekda yang juga Plh Bupati Sidoarjo Achmad Zaini, anggota Komisi IV DPR RI Robert Kardinal, dan Ketua Umum Gerak BS Dwie Aroem Hadiatie.
Baca juga: Ketua MPR: Bantu Petani dan Nelayan yang produktif di tengah pandemi
Bamsoet mengatakan selain dapat melafalkan, nelayan dan petani tambak juga membuktikan dapat mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, dengan bergotong royong membetulkan perahu yang rusak, hingga saling dukung modal. Bahkan tidak jarang jika tangkapan ikan melimpah, dibagi ke nelayan lain yang tidak memiliki banyak tangkapan.
"Mereka menghadirkan Pancasila bukan sebatas di ucapan, melainkan sudah dalam perbuatan," kata Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu.
Selain berbagi kebahagiaan dengan mengadakan kuis Empat Pilar berhadiah sepeda itu, Bamsoet juga memberi santunan untuk anak yatim, janda, dan duafa.
Mantan ketua DPR itu mengatakan tingkat kesejahteraan nelayan dan petani tambak masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi.
Baca juga: Bamsoet: Perlu evaluasi dari stimulus petani-nelayan belum berdampak
Kementerian Kelautan dan Perikanan pada akhir 2019 mencatat 50 persen klaster perikanan nelayan berada dalam status kemiskinan.
"Sumbangan sektor kemaritiman terhadap PDB nasional juga masih kecil, sekitar 7 persen. Menandakan masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi," kata Bamsoet.
Bamsoet mengatakan hal itu menjadi ironi mengingat Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang ke-2 dunia mencapai 108.000 km dan luas perairan mencapai 6,4 juta km2.
Indonesia juga menyimpan potensi kekayaan yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan rakyat, di mana Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan kekayaan laut Indonesia mencapai Rp1.772 triliun.
Kekayaan laut itu meliputi potensi perikanan Rp312 triliun, mangrove Rp21 triliun, lamun Rp4 triliun, wilayah pesisir Rp560 triliun, bioteknologi Rp400 triliun, wisata bahari Rp20 triliun, minyak bumi Rp210 triliun, dan transportasi laut Rp200 triliun.
Baca juga: Sebanyak 1,1 juta nelayan akan dapat BLT Rp600 ribu/bulan
"Ironis, tingkat kesejahteraan nelayan terbilang masih rendah," kata Bamsoet.
Ironi itu ditambah lagi dengan adanya pandemi COVID-19 yang berdampak pada terhambatnya aktivitas penawaran dan permintaan untuk sektor perikanan dan perekonomian lainnya.
Nelayan tidak bisa melakukan banyak penangkapan ikan, produksi ikan yang dibudidayakan petani tambak juga tidak bisa dipasarkan, karena permintaan masyarakat menurun akibat restoran maupun usaha kuliner belum beraktivitas normal. Efeknya, pendapatan nelayan dan petani tambak merosot.
"Oleh karena itu, berbagai program bantuan yang disiapkan pemerintah, harus disalurkan secara cepat, tepat, dan bermanfaat," ujar Bamsoet.
Ia mengapresiasi langkah Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi yang menyiapkan tambahan anggaran mencapai Rp1,2 triliun untuk bantuan tunai sebesar Rp600.000 per bulan kepada para nelayan terdampak pandemi COVID-19.
Baca juga: KKP-Kementerian BUMN konsepkan penyerapan tangkapan hasil nelayan
Bantuan yang diberikan sejak Juni hingga Desember 2020, melengkapi berbagai bantuan lain yang sudah ada pada program Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun Kementerian Sosial.
Bamsoet mendorong pemerintah agar terus memperhatikan lagi kesejahteraan para nelayan dan warga pesisir Indonesia.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020