Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pasukan Pakistan menembak matiseorang prajurit penjaga perbatasan India, Senin, selama kontak senjatadi perbatasan de fakto yang memisahkan Kashmir antara kedua negaratetangga yang berkekuatan nuklir itu, kata beberapa pejabat India.

Peristiwa itu terjadi di distrik pegunungan Poonch, sekitar 500kilometer sebelah selatan Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India.

"Prajurit itu tewas dalam penembakan dari seberang Garis Pengawasan,"kata seorang jurubicara Pasukan Keamanan Perbatasan India, menunjukpada perbatasan de fakto itu.

Ia menyalahkan pasukan Pakistan atas penembakan tersebut danmenyebutnya sebagai pelanggaran lain atas gencatan senjata yangdilakukan oleh orang Pakistan.

Pasukan India membalas tembakan itu, namun belum diketahui apakah ada korban di sisi perbatasan Pakistan.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, duanegara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalahKashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslimdi India yang penduduknya beragama Hindu.

Gencatan senjata disepakati di sepanjang Garis Pengawasan pada 2003 danperundingan perdamaian dimulai pada tahun berikutnya. Sejak itu,terjadi bentrokan-bentrokan sporadis dan kedua pihak saling melontarkantuduhan mengenai pelanggaran gencatan senjata.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan --tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India ataupenggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India.Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moraldan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasibmereka sendiri.

Serangan-serangan tahun 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburanIndia, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskanlebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistanterlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu --tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabadmembantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompokdukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India diKashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001.Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukanserangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabaddaftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisimereka.

Perdana Menteri India Manmohanh Singh mengatakan pada pertengahan Julibahwa perundingan perdamaian dengan Pakistan akan tetap tertahan sampainegara itu menindak orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan diMumbai tahun lalu.

Pernyataan Singh itu tampaknya bertentangan dengan sebuah pernyataanbersama dengan PM Pakistan Yusuf Raza Gilani dimana kedua pemimpintersebut mengatakan bahwa tindakan terhadap terorisme "tidak bolehdikaitkan" dengan proses dialog tersebut.

Dalam pernyataannya kepada media India, Singh mengatakan, "Harus adaupaya-upaya jujur serius untuk menjembatani kesenjangan yang memisahkankedua negara itu."

Pada Agustus, Pakistan menjamin kepada India mengenai kerja sama penuhmereka dalam mencegah aksi teror baru setelah peringatan dari Singhbahwa militan di Pakistan sedang merencanakan serangan-serangan baru.

Perdana Menteri Pakistan itu juga berjanji melakukan segala sesuatuuntuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas serangan Mumbai kepengadilan.

Pakistan telah menangkap sejumlah orang yang dituduh terlibat dalamserangan itu, termasuk tersangka dalang Zakiduddin Lakhvi.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010