43,8 persen menyatakan belum memadai

Jakarta (ANTARA) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan terhadap 6.729 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, sebanyak 56,2 persen sekolah menyatakan sarana prasarana untuk menghadapi pembelajaran tatap muka di tengah pandemi sudah memadai.

"Jadi ternyata 56,2 persen responden atau sekolah itu menyatakan sarana prasarana di sekolah menurut mereka sudah memadai. Tetapi 43,8 persen menyatakan belum memadai," kata Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti dalam penyampaian hasil survei persiapan pembukaan sekolah secara virtual, Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa untuk menjamin keselamatan seluruh warga sekolah menjelang pembukaan sekolah di era pandemi COVID-19, sekolah perlu memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung untuk memastikan protokol kesehatan dilaksanakan dengan baik.

Untuk mendukung penerapan protokol kesehatan tersebut, sekolah perlu menyiapkan wastafel untuk mencuci tangan, air yang mengalir, sabun, tisu, bilik disinfektan, alat pengukur suhu dan lain sebagainya.

Menurut hasil survei KPAI, hampir semua sekolah yang disurvei ternyata sudah memiliki wastafel, meski jumlahnya ada yang masih sedikit dan sebagian besar terkonsentrasi di toilet sekolah.

"Padahal wastafel itu sangat diperlukan dalam adaptasi kebiasaan baru di sekolah, karena anak-anak harus sering mencuci tangan," katanya.

Kemudian, survei itu juga menunjukkan bahwa 46 persen sekolah hanya memiliki wastafel kurang dari lima.

"Tentu saja cukup mengkhawatirkan kalau menggunakan data ini, karena ternyata para responden tidak menghitung bahwa kalau wastafel itu adalah wastafel yang tempat cuci tangan. Jadi tempat wudu itu dihitung sebagai wastafel, itu ternyata juga cukup banyak," katanya.

Baca juga: KPAI temukan 74 persen sekolah belum bentuk Gugus Tugas COVID-19

Baca juga: KPAI minta pemerintah jangan nekat buka sekolah di tengah pandemi

Namun demikian, ia menyampaikan lebih lanjut bahwa hasil survei terkait penyediaan wastafel itu menunjukkan ada 46 persen sekolah yang memiliki wastafel kurang dari lima. Kemudian, 32 persen di antaranya memiliki lima sampai 10 wastafel, 10 persen memiliki 10 sampai 15 wastafel dan 6 persen memiliki lebih dari 20 wastafel.

"Namun demikian, wastafel-wastafel ini tidak pada posisi menyebar pada setiap kelas, tetapi berkonsentrasi pada tempat tertentu dan hanya berada di lantai 1," katanya.

Berikutnya, terkait dengan penyediaan sabun, survei KPAI menyebutkan mayoritas responden atau sekolah menyatakan mereka memang menyediakan sabun di toilet sekolah. Namun, 28 persen di antaranya menyatakan hanya kadang-kadang saja menyediakannya dan lima persen menyatakan tidak pernah menyediakan saat sekolah buka pada masa sebelum COVID-19.

Kemudian terkait penyediaan tisu, penyediaan tisu di toilet sebelum pandemi hanya dilakukan oleh 27 persen sekolah. Sedangkan 41 persen sekolah menyatakan kadang-kadang menyediakan dan 32 persen menyatakan tidak pernah menyediakan tisu.

Sementara itu, terkait dengan upaya sosialisasi standar operasional protokol kesehatan di sekolah, hasil survei menunjukkan 91 persen sekolah menyatakan akan melakukan sosialisasi baik kepada guru maupun kepada siswa.

"Jadi saat mereka sudah membuat SOP, atau protokol kesehatan, mereka memang akan mensosialisasikan ketika mereka akan menghadapi tatap muka nanti," demikian kata Retno.

Baca juga: KPAI: Belajar dari negara lain penyebaran COVID-19 di sekolah

Baca juga: KPAI: Tempel nomor absen siswa pada meja dan kursi antisipasi COVID-19

Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020