Yerusalem (ANTARA News/AFP) - Serangan sejumlah pesawat tempur Israel menewaskan tiga pejuang Jihad Islam, Minggu, setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa militer akan menggunakan kekuatan maksimum untuk menangkal serangan Palestina dari Jalur Gaza.

Pesawat-pesawat itu menyerang sekelompok gerilyawan di Jalur Gaza tengah, menewaskan tiga orang yang membawa rudal-rudal darat-udara, kata beberapa petugas medis Palestina.

Militer Israel menyatakan, pasukan menyerang kelompok itu "karena mereka bersiap-siap menembakkan roket ke Israel".

Sebelumnya Minggu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Israel akan mengambil tindakan keras setelah meningkatnya serangan roket dan mortir akhir-akhir ini dari wilayah kantung yang dikuasai Hamas itu.

"Kebijakan kami jelas," katanya sebelum pertemuan kabinet mingguan. "Kami akan membalas dengan keras dan segera setiap penembakan ke wilayah kami."

Pejuang Palestina menembakkan empat mortir ke Israel selatan pada Minggu, namun tidak ada korban dalam serangan tersebut.

Setelah penembakan itu, Israel melakukan serangan udara di daerah sebelah timur Deir el-Balah di Gaza tengah. Muawiya Hassanein, kepala pelayanan darurat Gaza, mengatakan, mayat ketiga orang itu dibawa kemudian ke sebuah rumah sakit di kota tersebut.

Korban-korban yang tewas itu adalah anggota kelompok garis keras Jihad Islam.

Itu merupakan kekerasan paling mematikan di perbatasan Gaza, yang umumnya tenang sejak gencatan senjata yang mengakhiri perang yang diluncurkan Israel terhadap Hamas di wilayah pesisir tesebut antara 27 Desember 2008 dan 18 Januari 2009.

Gencatan senjata itu umumnya dipatuhi meski terjadi pelanggaran-pelanggaran oleh kedua pihak, dan Hamas juga dianggap berhasil mengendalikan Jihad Islam agar tidak melakukan serangan ke negara Yahudi tersebut.

Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dua tahun lalu, masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir itu pada 2005 namun tetap memblokadenya.

Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza.

Pasukan Israel juga berulang kali membom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai ofensif pada 27 Desember 2008 dalam upaya menghancurkan terowongan-terowongan penyelundup yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir.

Angkatan udara Israel membom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir pada saat ofensif itu dimulai.

Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010