Pada semester II (2020) akan banyak memproduksi program spesial seperti Master Chef, Indonesian Idol, dan KDI
Jakarta (ANTARA) - Emiten media PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) menyiapkan strategi untuk memacu pendapatan iklan dan konten guna menyiasati dampak pandemi terhadap aktivitas bisnis dan kinerja perusahaan.
Alih-alih mengendorkan produksi, anak usaha MNC Group tersebut justru bakal menggenjot produksi sejumlah program-program spesial televisi dan agresif memasarkan slot iklan kepada para perusahaan pemasang iklan.
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo saat paparan publik di Jakarta, Rabu, mengatakan MNCN memiliki tiga bisnis utama yaitu stasiun televisi nasional free to air sebanyak 4 stasiun TV, produksi konten dan bisnis digital melalui aplikasi RCTI+, serta media sosial.
"Yang pertama kita lakukan adalah meningkatkan iklan reguler saat jeda iklan di program TV. Kedua, meningkatkan jenis iklan non time consuming (NTC) Ads," ujar Hary Tanoe.
Ia menjelaskan pendapatan perseroan dari NTC terbilang besar karena tarif iklan jenis ini lebih mahal. Terlebih, perseroan diuntungkan karena memiliki infrastruktur produksi yang besar dan masif.
Bentuk NTC misalnya penempatan gelas atau botol dengan logo merek minuman tertentu di meja juri pada program Indonesian Idol di RCTI dan Kontes Dangdut Indonesia di MNCTV, atau penggunaan sepeda motor tipe dan merek tertentu oleh aktor di sinetron.
Menurut Hary, peningkatan NTC juga didukung oleh proses produksi yang dilakukan di inhouse production. Sejauh ini, sebanyak 80 persen program yang ditayangkan merupakan produk perseroan sendiri.
"Kita memiliki fleksibilitas dalam meningkatkan NTC dan nantinya memacu pendapatan. Pada semester II (2020) akan banyak memproduksi program spesial seperti Master Chef, Indonesian Idol, dan KDI yang diharapkan pendapatan iklan dari NTC akan luar biasa," katanya.
Strategi ketiga ialah memberi fasilitas bagi pengiklan untuk menempatkan QR code saat produksi mereka tayang. Nantinya, pemirsa dapat memindai QR code tersebut dan dapat bertransaksi atas produk yang diiklankan.
Itu merupakan upaya perseroan meningkatkan aktivitas e-commerce atau TV shoping. Hary optimistis strategi tersebut akan menambah durasi iklan dan frekuensi iklan yang lebih sering.
Perseroan juga akan memaksimalkan sumber pendapatan dari bisnis konten dengan memacu produksi di semester II 2020 baik untuk sinetron dan program-program spesial yang tayang di platform konvensional 4 TV free to air yakni RCTI, GTV, MNCTV dan iNews serta platform digital.
Khusus digital, perseroan meningkatkan aktivitas di lini bisnis ini sebagai sumber pendapatan. Misalnya pada channel milik MNCN di Youtube, konten library diolah dan diedit dengan durasi pendek sekira 10 menit agar mendapat iklan di mid roll atau di tengah pemutaran konten.
"Dalam satu bulan menghasilkan view antara 1 miliar sampai 2,5 miliar view. Ini diiklankan oleh YouTube dengan porsi penghasilan iklan sebesar 55 persen untuk perseroan dan 45 persen untuk YouTube. Jadi, ini sangat profitable karena cost-nya hanya editing cost," ujar Hary.
MNCN juga memproduksi konten original dengan pangsa pasar anak-anak muda dan mengelola multi channel network dari dari YouTuber maupun talent-talent di bawah manajemen perseroan. Selain dengan Youtube, perseroan juga menjalin kerja sama dengan Facebook.
Pendapatan digital lainnya adalah dari aplikasi over the top (OTT) RCTI+ yang digadang-gadang oleh perseroan sebagai super apps. Aplikasi tersebut menggabungkan lima segmen, yakni video streaming, news aggregator, audio aggregator, talent search, dan games aggregator.
"Sebagai gambaran roadmap, dengan 46 persen pangsa pasar iklan ada di 4 TV FTA kita maka diharapkan 25 persen iklan digital ada di RCTI+. Ini target dari perseroan," ujar Hary Tanoe.
Pada semester I 2020, MNCN meraup peningkatan pendapatan iklan digital hingga 26 persen menjadi Rp409 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp325 miliar.
Pada paruh pertama tahun 2020, MNCN berhasil mengantongi pendapatan dari segmen digital sebesar Rp409,08 miliar. Jumlah tersebut tumbuh 26 persen dibandingkan dengan catatan pada semester I 2019 sebanyak Rp325,21 miliar. Total pendapatan perseroan pada paruh pertama tahun ini sebesar Rp3,97 triliun dan laba bersih Rp1,01 triliun.
Adapun sepanjang 2019 lalu, perseroan membukukan pendapatan Rp8,35 triliun atau meningkat 12 persen dari tahun 2018 yang sebesar Rp7,44 triliun. Kinerja tersebut mendorong perolehan laba bersih tahun 2019 menjadi Rp2,35 triliun yang berarti tumbuh signifikan 47 persen dibanding tahun 2018 yang tercatat Rp1,6 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Media Nusantara Citra David Fernando Audy mengatakan iklan digital memberi porsi sekira 10 persen ke total pendapatan dan pihaknya memproyeksikan kontribusinya akan semakin besar. Sedangkan sebagian besar atau 90 persen masih berasal dari iklan tv.
Dia juga optimistis, bisnis di kuartal III dan sampai akhir tahun akan lebih bagus dan bakal memperkuat kinerja perseroan. Hal ini dicermati dari aktivitas masyarakat yang sudah menggeliat dan naiknya penjualan barang-barang konsumsi, kendaraan dan rumah.
"Kita lakukan strategi dengan lebih agresif misalnya melobi klien yang sebelumnya sempat mengerem belanja iklan untuk kembali beriklan di media kita," ujar David.
Baca juga: Emiten properti MNC Land seimbangkan komposisi pendapatan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020