"Mengapa ini perlu dicanangkan, karena persaudaraan merupakan perintah agama dan santun merupakan visi Nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan ajaran Islam. Tanpa kesantunan, persaudaraan dan akhlak yang mulia, bangsa ini tidak bisa melakukan perubahan," katanya di Medan, Minggu.
Ia mengatakan, dewasa ini persaudaraan dirasakan sudah sangat merenggang, baik sesama umat maupun sesama etnis. Ini terjadi karena eforia kebebasan yang tidak ada batasnya.
Bangsa ini telah salah memaknai kebebasan yang tanpa batas dan "kebablasan". Banyak orang mengekspresikan kebebasan dengan seenaknya tanpa memperhatikan norma kesantunan, akhlak, dan budaya bangsa.
"Untuk itu, kita harus kembali merajut persaudaraan itu agar kita tetap dalam satu kesatuan bangsa sebagai umat yang kuat dan yang tidak tercerai berai," katanya.
Berbicara masalah kesantunan, tambah dia, bangsa ini sejak dahulunya terkenal sebagai bangsa yang ramah dan santun. Namun kebebasan yang kebablasan itu telah menyeret bangsa ini mengabaikan kesantunan tersebut.
Hampir setiap hari masyarakat melihat dan menyimak di berbagai media, ekspresi-ekspresi yang mengabaikan sopan santun yang sudah luar biasa hebatnya.
Oleh karena itu sangat tepat ababila Majelis Ulama Indonesia se-Sumatera meminta agar tayangan infotaimen ditertibkan, tayangan-tayangan yang mengobral aurat segera diakhiri.
Peran semua lapisan sangat besar dalam hal ini, anak-anak kita harus terus dijaga dan dibina untuk terus menjaga kesantunan agar bangsa ini semakin jaya, katanya.
Persaudaraan sesama muslim, sesama warga negara Indonesia harus terus dijaga agar kita betul-betul menjadi bangsa yang bisa saling menghormati satu sama lain.
Karena bila rasa kesantunan hilang, maka saling hormat menghormati satu sama lain juga akan hilang. Maka kalau hal itu terus dibiarkan dan terjadi dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ketahun maka dikhawatirkan bangsa ini akan mendekati kehancurannya, ujarnya.
"Oleh karena itu sekali lagi mari kita kobarkan semangat perasaudaraan dan kesantunan dalam rangka memperingati awal-awal tahun baru 1431 Hijriah, betul betul mendorong kita pada perubahan dan hijrah yang sesungguhnya," katanya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010