"Uji klinis fase ketiga akan dimulai minggu depan di beberapa negara. Jumlah relawan totalnya ada sekitar 44 ribu dengan jarak usia antara 18 dan 60 tahun," ujar Lyudmila Vorobieva dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Rabu.
Pada 11 Agustus, Rusia mendaftarkan vaksin pertama di dunia untuk melawan virus corona jenis baru (COVID-19). Vaksin tersebut, yang diberi nama Sputnik V, dikembangkan oleh Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya dari Kementerian Kesehatan Rusia.
Disamping Rusia, Dubes Lyudmila Vorobieva mengungkapkan sejumlah negara yang dijadwalkan melakukan uji klinis tahap ketiga antara lain Filipina, Mesir, India dan Brazil.
"Banyak negara tertarik dengan pengembangan Sputnik V. Uji klinis tahap pertama dan kedua dari vaksin tersebut sudah dilakukan di Rusia dengan hasil yang menjanjikan," kata dia.
Dalam uji klinis fase kedua, lanjut Dubes Lyudmila Vorobieva, mengikutsertakan 76 relawan.
"Hasilnya memicu respons imunitas di tubuh relawan dengan tanpa ada efek samping," ujar dia.
Lebih dari 44.000 orang dalam uji klinis Sputnik V diharapkan di seluruh dunia
Negara-negara dengan lebih dari 50 persen populasi dunia telah menyatakan minatnya pada vaksinasi Sputnik V.
Lebih dari 1 miliar orang akan divaksinasi oleh Sputnik V pada tahun 2020-2021.
"Petugas medis, guru, dan kelompok berisiko tinggi lainnya akan menjadi yang pertama yang mendapat vaksin COVID-19," kata dia.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Sputnik V memberikan imunitas bertahan lama dari virus COVID-19.
Ia mengatakan putrinya yang mencoba vaksin tersebut mengaku baik-baik saja.
Baca juga: Belarus menjadi penerima asing pertama vaksin COVID-19 buatan Rusia
Baca juga: Meksiko bakal uji 2.000 dosis vaksin COVID-19 buatan RusiaBaca juga: Meksiko bakal uji 2.000 dosis vaksin COVID-19 buatan Rusia
Baca juga: Rusia publikasikan data riset vaksin Sputnik V
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020