pada semester I tahun 2020, konsumsi semen nasional mengalami penurunan sebesar 7,7 persen
Jakarta (ANTARA) - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba pada semester I-2020 sebesar Rp612 miliar atau tumbuh 26,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp485 miliar, melalui upaya efisiensi yang dilakukan perseroan.
Direktur Keuangan Semen Indonesia Doddy Sulasmono Diniawan mengatakan meskipun pendapatan menurun sebesar 2 persen, namun dengan berbagai program efisiensi, beban pokok penjualan dapat menurun lebih besar dibandingkan penurunan pendapatan.
Efisiensi tersebut menghasilkan laba kotor perseroan meningkat 3,2 persen menjadi Rp4,81 triliun dibanding semester I-2019 sebesar Rp4,67 triliun. EBITDA juga meningkat 9,6 persen menjadi Rp3,47 triliun dari Rp3,17 triliun pada 2019.
"Beban keuangan mengalami penurunan yang merupakan hasil dari pengelolaan arus kas sehingga perseroan mampu menurunkan jumlah pinjaman sepanjang semester I-2020. Perseroan juga telah melakukan program refinancing pada semester II-2019, sehingga diperoleh tingkat bunga pinjaman yang lebih kompetitif," ujar Doddy saat paparan publik secara virtual di Jakarta, Rabu.
Doddy menjelaskan peningkatan kinerja operasional dan keuangan tersebut dicapai melalui berbagai inisiatif strategis, baik cost leadership melalui program transformasi biaya, integrasi berbagai fungsi strategis antar anak usaha, serta sinergi yang dibangun dengan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.
Lebih lanjut Doddy mengatakan tantangan pasar yang semakin kompleks dan wabah COVID-19 mengharuskan emiten berkode SMGR ini melakukan efisiensi pengelolaan utilisasi produksi, efisiensi penggunaan bahan baku, memastikan pengelolaan proses supply chain yang optimal, serta melakukan pengetatan dan meningkatkan kedisiplinan dalam pengelolaan arus kas.
Sementara itu, Direktur Marketing & Supply Chain Semen Indonesia, Adi Munandir menyampaikan bahwa saat ini industri semen di Indonesia telah mencapai tingkat kompetisi yang cukup tinggi. Total kapasitas produksi semen nasional mencapai 112 juta ton, sementara konsumsi semen nasional di 2019 sebesar 69,8 juta ton terdiri dari konsumsi ritel sebesar 73 persen, dan konsumsi semen curah sebesar 27 persen.
Kondisi ekonomi dunia pada 2020 sangat terpengaruh oleh pandemi COVID-19 yang menyerang hampir seluruh negara di dunia. Merespons kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil kebijakan untuk mengalokasi dan merealokasi tambahan anggaran untuk penanganan pandemi COVID-19 dan program pemulihan ekonomi nasional.
"Pembangunan infrastruktur ikut terdampak dimana sebagian proyek infrastruktur mengalami perlambatan dan penundaan. Hal ini pun mempengaruhi kondisi industri semen dimana pada semester I tahun 2020, konsumsi semen nasional mengalami penurunan sebesar 7,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019," ujar Adi.
Adi mengharapkan agar ekonomi nasional segera pulih. Pihaknya meyakini kondisi ekonomi dapat pulih seiring dengan upaya pemerintah dalam mengatasi wabah COVID-19 dan proyek-proyek strategis nasional akan kembali bergulir.
"Demikian juga dengan sektor swasta yang akan kembali menjalankan ekspansi usahanya. Perseroan akan terus mendukung dan menyukseskan program pemerintah terutama pembangunan infrastruktur," kata Adi.
Adi menambahkan bahwa perseroan juga akan tetap fokus pada penyempurnaan sinergi antarunit dan entitas anak, untuk menciptakan peluang-peluang baru sejalan dengan visi baru perseroan untuk menjadi perusahaan penyediaan solusi bahan bangunan terbesar di regional.
Perseroan meyakini tingkat persaingan di industri semen masih akan tinggi. Namun dengan sinergi yang dijalin, perseroan akan memiliki keunggulan kompetitif yang lebih besar dibandingkan pemain lainnya.
Baca juga: Semen Baturaja akses kredit sindikasi Rp1,7 triliun
Baca juga: Semen Indonesia-BTN kolaborasi percepat pembangunan perumahan
Baca juga: Semen Indonesia catat kenaikan pendapatan 31,5 persen pada 2019
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020