Dalam konferensi pers, Wakil Perdana Menteri untuk Bidang Pertahanan dan Keamanan, Rashad al-Alimi, mengatakan bahwa penyelidikan-penyelidikan yang sedang berlangsung mendapati, bahwa Abdulmutallab terlibat dalam jaringan Al Qaida saat kunjungannya ke London beberapa kali.
Mengutip para jaksa negeri Belanda, pejabat Yaman itu menjelaskan, bahwa Abdulmutallab mungkin mendapatkan alat peledak, yang disembunyikan di dalam pakaian dalamnya, di Nigeria sebelum dia tiba di bandara Schiphol, Amsterdam, di mana dia naik pesawat untuk tujuan Detroit.
Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) mengaku bertanggungjawab terhadap serangan Hari Natal itu, yang juga menyerukan serangan-serangan terhadap kepentingan negara-negara Barat di Yaman.
Kedutaan AS di Yaman telah dibuka kembali Selasa, setelah dua hari ditutup, karena ancaman-ancaman Al Qaida.
Kedutaan AS mengatakan di dalam laman Internetnya, bahwa pasukan keamanan Yaman telah menujukan penguatan keamanan `di daerah khusus` di bagian utara ibu kota Sana`a, Senin, yang dipandang melancarkan jalan bagi pembukaan kedutaan.
Upaya pemboman itu memicu ditinjaunya kembali daftar teroris AS, dengan menambahkan beberapa puluh orang yang dicurigai dalam daftar larangan terbang.
Al Alimi membenarkan bahwa pasukan keamanan negaranya berhasil menggagalkan beberapa rencana kelompok garis keras pro Al Qaida, untuk melakukan serangan teroris terhadap beberapa fasilitas lokal dan lembaga-lembaga luar negeri, termasuk kedutaan Inggris di Sana`a.
"Pasukan keamanan telah menyita amunisi dalam jumlah besar dan rompi-rompi bunuh diri sejenis dengan yang digunakan dalam suatu serangan terhadap menteri dalam negeri Arab Saudi Agustus lalu," kata pejabat Yaman itu.
Alimi mencatat bahwa Al Qaida telah melakukan 61 serangan teroris terhadap fasilitas-fasilitas penting, kedutaan-kedutaan asing dan komando-komando keamanan yang diakui menewaskan sejumlah orang, sejak 1992.
Didukung dengan jet-jet militer, pasukan keamanan Yaman telah mulai melakukan aksi penumpasan bulan lalu terhadap gerilyawan Al Qaida.
Dalam operasi-operasi tersebut lebih dari 60 orang anggota kelompok garis keras dilaporkan tewas di Sana`a dan di provinsi selatan Abyan serta Shahwa.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010