Jakarta (ANTARA) - Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria mengatakan teknik budi daya kepiting melalui Apartemen Kepiting 4.0 memiliki tingkat efisiensi yang tinggi.
"Teknik ini hemat ruangan dan memiliki efisiensi tinggi dalam budi daya kepitingnya," ujar Arif dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Apartemen Kepiting 4.0 yang berada di kawasan IPB Ancol, Jakarta, merupakan sebuah teknologi akuakultur kepiting vertikal (vertical crab aquaculture) yang merupakan evolusi ketiga dari teknik budi daya kepiting. Evolusi pertama adalah menggunakan basis pembesaran di alam kemudian teknik kedua adalah horizontal aquaculture dan teknik ketiga adalah vertical aquaculture.
Baca juga: Mahasiswa IPB University kembali terpilih jadi Putra Padi Jabar 2020
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Dr Luki Adrianto, mengatakan teknik baru tersebut dirancang untuk budi daya kepiting, namun dengan modifikasi, ada peluang ke depan bisa digunakan untuk komoditas lain.
Apartemen Kepiting 4.0 saat ini baru diatur untuk vertical aquaculture sehingga harus disesuaikan dengan karakteristik bioekologi biota yang akan dibudidayakan.
Luki menjelaskan, Apartemen Kepiting 4.0 adalah kerja sama operasional antara FPIK IPB University dan PT Tritunggal Segara Indonesia (PT TSI). FPIK IPB University menugaskan IPB Fisheries and Marine Observation Station (IFMOS) Ancol sebagai pelaksana dari kerja sama itu.
Baca juga: Rumah Kawin Kepiting juara Teknologi Tepat Guna
Apartemen kepiting itu dibangun sejak 2018 dimulai dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara IPB University dan PT TSI dan perjanjian kerja sama antara FPIK IPB University dan PT TSI.
Kemudian dilanjutkan dengan renovasi gedung IFMOS Ancol pada tahun yang sama dan mulai pembangunan apartemen pada tahun 2019.
"Saat ini sudah mulai berproduksi setiap 20 hingga 25 hari sekali. Ke depan, potensinya cukup besar mengingat peluang pasarnya masih terbuka lebar," tambah Luki.
Baca juga: IPB University raih peringkat pertama perguruan tinggi terbaik
Saat ini pun produksi dari 3.000 kamar dan tiga blok apartemen kepiting di Ancol masih kurang karena setidaknya diperlukan 10.000 kamar kepiting.
Saat ini FPIK IPB University melalui Dr Yuni Puji Astuti, dosen dan peneliti di Departemen Budidaya Perairan tengah melakukan proses setting teknologi smart recirculated aquaculture systems (SRAS) untuk meningkatkan kualitas air sebagai media utama kamar kepiting.
Diharapkan dengan teknologi itu akan meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil budi daya kepiting di setiap kamarnya.
Baca juga: Pakar: Jangkrik pangan alternatif yang bergizi dan kaya protein
Baca juga: Guru Besar Ekonomi IPB ungkap cara cegah resesi di Indonesia
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020