Jakarta (ANTARA) - Ahli teknologi polimer Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Mochamad Chalid mengatakan daur ulang bisa menjadi solusi persoalan sampah plastik di kota besar seperti Jakarta.

"Pertanyaannya apakah semua limbah plastik dapat didaur ulang?," kata Mochamad Chalid dalam keterangan tertulis, Selasa.

Produk plastik yang beredar saat ini menggunakan polimer sebagai bahan baku utama dan aditif-aditif sebagai bahan baku pembantu.

Plastik, menurut Chalid, memerlukan waktu degradasi bertahun-tahun. Karena itu produk plastik harus didesain sebagai bahan yang dapat didaur ulang.

Proses daur ulang merupakan salah satu solusi pemanfaatan sampah plastik agar tidak membebani lingkungan.

Penggunaan kemasan plastik yang aman untuk kemasan pangan dapat diketahui dengan melihat kode daur ulang berupa segitiga panah dengan kode angka di dalamnya.

Baca juga: Produk daur ulang laris diserbu pengunjung PRJ
Baca juga: Air kemasan dalam botol 100 persen daur ulang kini hadir di Jakarta
​​

Perajin memproduksi tas anyaman berbahan limbah plastik di industri rumahan Studio Desain Kreskros di Desa Kupang, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/2/2019). Hasil produksi kerajinan tas berbahan limbah plastik itu dipasarkan ke wilayah DKI Jakarta hingga menembus pasar mode (fashion) Singapura dan Australia seharga Rp150 ribu hingga Rp1.9 juta tergantung model dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Aji styawan/wsj. (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)

Kode tersebut biasanya tertera di bagian bawah kemasan plastik. Kode 1 untuk PET atau PETE (polyethylene terephthalate), kode 2 untuk HDPE atau PE-HD (high-density polyethylene), kode 3 untuk PVC atau V (polyvinyl chloride) dan kode 4 untuk LDPE atau PE-LD (low-density polyethylene), kode 5 untuk PP (polypropylene) dan kode 6 untuk PS (polystyrene)

Kode 7 untuk OTHER. Ada empat jenis plastik yang termasuk dalam kategori ini, yaitu styrene acrylonitrile (SAN), acrylonitrile butadiene styrene (ABS), polycarbonate (PC) dan nylon).

Menurut Chalid, berpedoman pada Resin Identification Code (RIC) yang diterbitkan oleh The Society of Plastic Industry (SPI) pada 1988 di Amerika Serikat, jenis plastik yang paling mudah didaur ulang adalah Polyethylene Terephthalate (PET) dengan kode angka 1.

PET banyak digunakan sebagai bahan baku produk plastik, seperti kemasan botol dan galon air minum. Hal ini dikarenakan PET memiliki beberapa sifat yang unggul. Di antaranya berwarna jernih, ringan, mudah dibentuk, tidak mudah pecah dan mudah di daur ulang.

Kestabilan sifat PET, selain membuatnya mudah didaur-ulang, menyebabkan limbah PET dapat dikonversi menjadi beragam produk turunan dan bernilai ekonomi.

Hal ini berdampak pada harga limbah produk berbasis PET yang relatif tinggi sehingga wajar bila limbah plastik ini banyak disukai para pelaku daur ulang, baik pemulung maupun industri daur ulang.

Daur ulang limbah plastik merupakan solusi efektif dan berdaya guna terhadap masalah tumpukan limbah plastik yang menjadi masalah lingkungan di Indonesia. Solusi ini juga memberikan banyak dampak positif bagi sektor lain, seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat, yang berbasis pada prinsip ekonomi sirkular.

Baca juga: Sampah plastik bisa jadi aksesori kelas desainer
Baca juga: Kantong plastik versus kantong ramah lingkungan

Anak-anak mencari limbah plastik yang mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) di Jakarta, Jumat (27/12/2019). Limbah B3 dari kegiatan industri maupun rumah tangga yang terbuang ke lingkungan akan berdampak pada pencemaran dan kesehatan manusia. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Efektif
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim mengatakan di banyak negara maju, siklus ekonomi daur ulang limbah plastik sudah dianggap sebagai salah satu solusi pengelolaan limbah yang cukup efektif.

"Galon plastik PET mudah sekali didaur ulang dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi KLHK mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi," katanya.

Model ekonomi sirkulasi, menurut dia, bertujuan untuk memperpanjang masa pakai sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna untuk dimanfaatkan kembali. Juga sebagai alternatif bahan baku atau didaur ulang menjadi produk baru, sehingga dapat menghemat biaya produksi atau menjadi produk baru yang laku jual.

Christine menyebutkan, dari total plastik daur ulang oleh anggotanya, sebanyak 70 persen diekspor.

Selain harga lebih kompetitif, apresiasi pasar di luar negeri juga lebih besar ketimbang pasar domestik. Barang-barang produk daur ulang diekspor ke Eropa dengan harga yang lebih mahal 50 persen.

"Kalau domestik hanya 800 dolar AS diekspor bisa 1200 dolar AS per metrik ton," katanya.

Jadi secara tidak langsung, keberadaan galon sekali pakai ikut memberikan kontribusi terhadap pergerakan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan industri daur ulang.
Baca juga: Tren "Blue Beauty", sampah plastik pesisir disulap jadi botol kemasan
Baca juga: Industri daur ulang plastik rumahkan 63.000 pekerja akibat COVID-19

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020