Martapura (ANTARA News) - Warga Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tidak berani melaut terutama saat angin kencang karena dikhawatirkan menimbulkan gelombang laut tinggi dan bisa mengancam keselamatan mereka.
"Jangankan mencari ikan agak ke tengah laut, di muara sungai saja para nelayan masih pikir-pikir terutama saat angin kencang karena bisa menimbulkan gelombang tinggi," ujar Pembakal (Kades) Desa Bakambat Kecamatan Aluh-Aluh, Bahrani Kamil di hubungi ANTARA, Jum`at.
Ia mengatakan, kondisi itu mengakibatkan pendapatan nelayan setempat mengalami penurunan karena tangkapan hasil laut berkurang cukup banyak dibanding satu bulan sebelumnya dengan kondisi cuaca yang lebih baik.
Biasanya, kata dia, hasil tangkapan nelayan dalam sekali melaut mencapai tiga hingga lima kuintal ikan tetapi sejak memasuki musim pancaroba akhir November lalu, tangkapan hasil laut mengalami penurunan.
Selain tangkapan berkurang, jenis ikan yang ditangkap juga hanya dua jenis sesuai siklus musim yakni ikan Otek yang harganya dipasaran hanya mencapai Rp2.500 - Rp3.000 per kilogram dan ikan Halu-Halu yang dijual Rp7.500 per kg.
"Akibat murahnya harga ikan hasil tangkapan itu sehingga pendapatan nelayan menjadi berkurang. Tetapi karena tuntutan kebutuhan hidup dan keluarga, terpaksa aktivitas mencari ikan dilakukan walaupun harus melihat kondisi cuaca," ungkapnya.
Dikatakan, selain mempengaruhi pendapatan nelayan, kondisi cuaca yang kerap kurang bersahabat dan kadang tidak bisa diprediksi juga mengancam rumah-rumah warga yang sebagian besar dibangun tepat di muara Sungai Barito itu.
"Cuaca bisa berubah-ubah dengan cepat sehingga kondisi air laut yang tadinya normal sewaktu-waktu bisa berubah cepat menjadi gelombang besar akibat tiupan angin kencang sehingga mengancam rumah-rumah warga," ujar dia.
Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, lanjutnya, warga terus meningkatkan kewaspadaan sehingga bisa menghindar dan menyelamatkan diri jika angin kencang disertai gelombang pasang air laut mengancam tempat tinggal mereka.
"Memang saat ini kondisi cuaca ekstrem sudah mulai berkurang, tetapi karena pengaruh angin laut sehingga bisa berubah setiap saat dan warga hanya bisa waspada guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.
Wilayah Kecamatan Aluh-Aluh memang cukup rawan diterpa gelombang pasang air laut terutama sejumlah desa seperti Labat Muara, Bakambat, Tanipah, Pulantan, Aluh-Aluh Besar dan Desa Sungai Musang yang letaknya tepat di muara Sungai Barito yang berbatasan langsung dengan laut.
Terlebih, akhir tahun 2008 lalu, gelombang pasang air laur sempat melanda desa-desa tersebut dan merusak ratusan buah rumah termasuk fasilitas publik seperti jembatan, tempat ibadah dan gedung sekolah sehingga bencana itu sempat menimbulkan trauma bagi warga setempat.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010