"Luapan sungai Daraha yang berada di Kecamatan Tinggimoncong itu mengakibatkan akses jalan tertimbun lumpur," kata Camat Parigi, Mulyadi Karaeng Kulle, di Gowa, Kamis.
Ia mengungkapkan, jembatan pelimpah atau jembatan sementara (river crossing) yang menghubungkan antara desa dan kelurahan itu merupakan salah satu jembatan alternatif warga setelah jembatan Merah Daraha tenggelam.
Dengan terputusnya jembatan sementara itu berimbas kepada terputusnya akses jalan di kedua kelurahan dan desa itu.
Pihak Kecamatan Parigi dan Kecamatan Tinggimoncong kemudian meminta bantuan kepada pemerintah untuk membuka akses jalan yang tenggelam itu.
Dengan usahanya itu, kedua kecamatan berhasil mendatangkan dua unit alat berat bantuan PT Hasana Brantas yang ikut membantu untuk memulihkan jembatan yang tertimbun sedimen lumpur tersebut.
"Peristiwa itu terjadi karena tingginya curah hujan. Sehingga, membuat sejumlah sedimen lumpur sungai tersebut meluap dan menimbun jembatan sementara itu," ujarnya.
Sementara itu, Pimpinan Pelaksana Kegiatan Pengendali Sedimen Bawakaraeng, Haeruddin, meminta kepada masyarakat agar tidak terlalu khawatir akan insiden tersebut.
Menurutnya, "river crossing" tersebut memang didesain untuk terputus jika sewaktu-waktu ada banjir. Langkah itu dilakukan karena untuk mengamankan pekerjaan jembatan merah Daraha.
"Banyak orang memang tidak tahu membedakan mana jembatan dan mana river crossing. Kalau river crossing itu memang sudah didesain putus kiri dan kanan kalau ada banjir dan itu temporal," jelasnya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010