New York (ANTARA News) - Masyarakat internasional yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terutama sekretaris jenderal organisasi itu Ban Ki-moon, menyampaikan penghormatan dan penghargaan kepada mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang meninggal pada 30 Desember 2009.
Ungkapan penghormatan bagi sosok yang menjabat sebagai Presiden ke-4 RI, periode 20 Oktober 1999-24 Juli 2001, tersebut mengalir melalui Perwakilan Tetap RI untuk PBB di New York.
PTRI yang berlokasi beberapa blok dari Markas Besar PBB itu selama tiga hari, yaitu 4-6 Januari, menyediakan Buku Duka Cita yang ditempatkan di Perpustakaan Abdurrahman Wahid di gedung PTRI New York.
Di perpustakaan itu diletakkan foto Gus Dur, bendera Merah Putih yang dipasang setengah tiang, serta bunga.
Perpustakaan itu diresmikan langsung Gus Dur pada 5 September 2000 di sela-sela kunjungannya sebagai Presiden RI ke New York dalam rangka menghadiri Sidang Majelis Umum PBB tahunan.
Menurut Kuasa Usaha Ad Interim PTRI-New York, Duta Besar Hasan Kleib, ucapan duka cita dari Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon disampaikan melalui sekretaris kabinetnya, Vijay Nambiar.
Sekjen PBB mencatat bahwa Gus Dur merupakan tokoh yang membuat Indonesia terkenal di seluruh dunia.
"Gus Dur akan dikenang untuk ketakwaan, kesederhanaan dan visi besarnya. Ia menjadikan bangsa Indonesia dihormati di seluruh dunia karena semangat demokratisnya," demikian seperti ditulis Vijay Nambiar atas nama Sekjen PBB.
Hasan Kleib mencatat setidaknya ada empat hal yang banyak dinyatakan berbagai pihak di kalangan PBB tentang kontribusi Gus Dur terhadap Indonesia dan dunia, yaitu upayanya memajukan penghormatan HAM; peningkatan proses demokrasi; harmonisasi antar-agama; dan pluralisme di Indonesia.
Sementara itu, seorang pejabat tinggi PBB yang pernah mengenal secara pribadi sosok Gus Dur, yaitu Wakil Sekjen PBB urusan Politik B. Lynn Pascoe, juga mendatangani Gedung PTRI New York.
Lyn Pascoe, yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia periode Oktober 2004-Februari 2007, menulis: "Presiden Gus Dur merupakan mercu suar kebijaksanaan dan toleransi bangsa Indonesia dan dunia. Saya merasa sangat terhormat pernah mengenal dan bekerja sama dengan beliau".
Penghormatan bagi Gus Dur juga diberikan oleh perwakilan negara-negara anggota PBB dari berbagai kawasan, termasuk sembilan negara sahabat sesama negara ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar.
Para wakil tetap negara-negara ASEAN itu langsung mendatangi PTRI New York untuk menyatakan duka cita serta mengapresiasi kontribusi yang telah diberikan Gus Dur.
Wakil Tetap Singapura Vanu Gopala Menon, misalnya, menulis "Pak Abdurrahman Wahid akan selalu dikenang sebagai sosok yang menjunjung tinggi harmonisasi antar-keyakinan serta membangun dasar Indonesia menjadi negara demokrasi yang bergairah seperti sekarang.
"Beliau adalah ulama yang disegani dan merupakan reformis sejati. Indonesia kehilangan salah satu putera terbaiknya. Sumbangsih dan peninggalan Pak Wahid akan dikenang oleh Indonesia dan teman-temannya di seluruh dunia."
Negara tetangga Indonesia lainnya, yakni Australia, melihat Gus Dur selain sebagai penjunjung semangat toleransi, juga sebagai sosok dengan karakter unik.
Perwakilan tetap Australia untuk PBB, Gary Francis Quinlan, melihat Gus Dur sebagai sosok yang memiliki pemikiran terbuka dan bersikap santai.
Gus Dur dinilai unik karena canda yang dilontarkannya namun juga karena keingintahuan, optimisme serta komitmennya terhadap perlindungan sipil dan penegakkan demokrasi.
"Ia dihormati di kawasan dan dunia global," tulis Quinlan.
PTRI New York menyampaikan surat pemberitahuan tentang meninggalnya Gus Dur ke Sekretariat PBB pada 30 Desember 2009.
PBB saat ini beranggotakan 192 negara, termasuk Indonesia.
Lebih 70 pihak termasuk petingggi PBB lainnya, seperti para wakil Sekjen PBB, utusan khusus Sekjen PBB serta wakil tetap maupun kuasa usaha ad interim negara-negara anggota PBB, secara langsung menyampaikan ucapan duka cita mereka.
Ucapan duka cita dan penghormatan bagi Gus Dur juga datang dari Israel, anggota PBB yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Dalam Buku Duka Cita, Kuasa Usaha Ad Interim Israel Daniel Carmon menulis, "Presiden Abdurrahman Wahid adalah negarawan dunia, pemimpin dan promotor dialog antar-agama dan kebudayaan. Upayanya membawa perdamaian adalah sesuatu yang harus dihargai dan diingat. Dunia membutuhkan pemimpin-pempimpin seperti Presiden Wahid!".
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010