Batam (ANTARA News) - Kandidat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) Dradjad Wibowo berpendapat, kongres ke-3 partai itu di Batam merupakan pertaruhan besar bagi nasib dan masa depan partai berlambang matahari itu.
"Di banyak partai telah terjadi pertarungan antara pragmatisme dan ideologi," ujarnya saat berkonsolidasi dengan ratusan fungsionaris DPD dan DPW PAN se-Indonesia yang menjadi pendukungnya di Hotel Novotel Batam, Kamis.
Menurut mantan anggota DPR yang juga ahli ekonomi itu, PAN menghadapi ujian untuk membuktikan apakah partai itu masih menjaga idealisme dan keberpihakannya kepada rakyat atau sudah berubah menjadi semakin pragmatis.
"Saat ini masyarakat sudah semakin apatis terhadap partai-partai yang telah terbukti hanya mengejar kekuasaan semata," ujarnya.
Terkait hal tersebut Drajad menegaskan, sebagai partai yang dilahirkan semasa reformasi, PAN harus mempertegas jati dirinya sebagai partai yang idealis dan memihak kepentingan rakyat.
Ia juga mengatakan bahwa salah satu visinya untuk memimpin partai yang didirikan Amien Rais itu adalah memantapkan posisi ideologi PAN yang dalam beberapa waktu terakhir semakin luntur.
Di tempat yang sama, putra sulung Amien Rais yang juga kandidat Sekjen PAN pendamping Drajad Wibowo, Hanafi Rais, mengatakan, sudah saatnya bagi PAN untuk memperjelas jati dirinya.
Menurut dia, sekarang ini banyak partai cenderung pragmatis dan meninggalkan idealismenya. Padahal idealisme dan ideologi partai itu sangat penting untuk menjawab tantangan globalisasi saat ini.
"PAN harus menjadi pelopor partai yang menjaga idealismenya dan mengambil posisi terdepan dalam memperjuangkan nasib rakyat, keadilan dan kebenaran," ujarnya.
Lebih lanjut dikemukakannya, dari dua kandidat Ketua Umum PAN yang ada saat ini, idiologi partai yang lebih jelas dan tajam hanya diusung Drajad Wibowo.
"Salah satu pintu masuk memperjelas idiologi partai ini adalah melalui kongres dan upaya itu diawali dengan memilih ketua umum yang tepat," ujarnya. (*)
Pewarta: Ardianus
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010