"Kita dapat memahami perjalanan kemerdekaan Indonesia dari puisi-puisi yang ditulis para penyair yang berbeda-beda generasinya,"...
Depok (ANTARA) - Pimpinan Universitas Indonesia bersama 50 warga kampus tersebut membaca puisi-puisi bertemakan kemerdekaan dengan puisi karya sastrawan bangsa Indonesia secara daring.
Penggagas kegiatan pembacaan puisi kemerdekaan tersebut Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari dalam keterangannya, Senin mengatakan Virtual Poetry Reading ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa cinta tanah air dan penghormatan yang luhur kepada para pahlawan bangsa yang telah berkorban demi terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini.
"Kegiatan ini juga penghormatan dan apresiasi kepada para penyair Indonesia yang telah bercerita tentang perjalanan kemerdekaan ini dari masa ke masa. Kita dapat memahami perjalanan kemerdekaan Indonesia dari puisi-puisi yang ditulis para penyair yang berbeda-beda generasinya," kata Prof. Riri yang merupakan Guru Besar Teknik Komputer, Fakultas Teknik UI ini.
Selaku penggagas dan motor penggerak yang menghimpun puluhan guru besar dan dosen serta alumni UI, Prof. Riri telah sukses menggelar dua kegiatan untuk mengapresiasi sastra secara daring. Kegiatan pertama adalah acara Tribute to Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, tokoh sastrawan Indonesia, yang dilakukan dengan membacakan puisi-puisi karya almarhum secara virtual melalui zoom pada 25 Juli 2020.
Baca juga: Akademisi UI peroleh bintang tanda jasa dan kehormatan dari negara
"Untuk mewadahi kegiatan olah rasa dan seni dari para sivitas akademika UI, kami menggagas pembentukan Poetry Reading Society of Indonesia (PRSI). Kegiatan tatap muka secara online rutin dilakukan pada Sabtu pekan ketiga setiap bulan, pukul 13.00—15.00 WIB, dengan tema yang berbeda," katanya.
Pembacaan puisi secara virtual di tengah pandemi corona, ternyata memberi kesan mendalam bagi para pembaca dan audiens. Diharapkan PRSI menjadi forum pertemuan dan apresiasi sastra Indonesia yang unik dan prestise, karena telah diawali oleh 26 Guru Besar dan Akademisi UI yang kesehariannya sangat sibuk, namun ternyata memiliki waktu hening yang menjelma menjadi kemampuan menikmati kata-kata,” ujar Prof. Riri.
Diharapkan Virtual Poetry Reading oleh sivitas akademika UI mampu menyuntik semangat persatuan Indonesia ke seluruh nusantara dan menularkan kegiatan positif seperti merenung, menulis, dan mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui karya sastra. Virtual poetry reading bertema “Puisi Demi Kemerdekaan” dapat disaksikan pada kanal youtube: https://youtu.be/ACJW40kpl9c.
Ke-50 sivitas akademika tersebut yang membaca puisi diantaranya Ketua Majelis Wali Amanat (MWA UI) Saleh Husin, Ketua Senat Akademik (SA UI), Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, MSc., MPHil., Ph.D, Ketua Dewan Guru Besar (DGB UI), Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, Ph.D, Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D, para Wakil Rektor UI dan Sekretaris Universitas, para dekan, 28 Guru Besar UI, serta dosen dan alumni UI.
Baca juga: Bamsoet gandeng Iluni UI tinjau berbagai produk UU
"Pembacaan puisi ini dilakukan secara bergiliran via zoom, pada 22 Agustus 2020," katanya.
Sebagian besar pembaca puisi memilih puisi karya penyair kenamaan Indonesia. Puisi karya Taufiq Ismail menjadi puisi yang paling banyak dibacakan oleh para peserta, yaitu sebanyak 8 puisi. Selanjutnya, masing-masing 6 puisi karya Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono turut dibacakan oleh para peserta.
Puisi lainnya yang dibacakan adalah karya K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus), W.S. Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, Toto Sudarto Bachtiar, Asrul Sani, Usmar Ismail, Sitor Situmorang, Sukanto S.A., Rayhandi, dan Joko Pinurbo. Satu peserta membacakan karya penyair asal Amerika, Douglas Malloch (1877—1938).
Yang menarik, pembaca puisi tidak hanya menyampaikan puisi karya sastrawan bangsa, namun ada lima orang sivitas akademika UI yang membacakan puisi hasil perenungannya tentang kemerdekaan. Ada pula yang membacakan lagu nasional terkenal karya H. Mutahar dan Ismail Marzuki.
Baca juga: UI dan Tzu Chi kerja sama tingkatkan kualitas SDM
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020