Jakarta (ANTARA) - Menara tertinggi di dunia yaitu "Tokyo Skytree" menyalakan lampu berwarna khas paralimpiade secara meriah untuk menandai hitung mundur satu tahun pelaksanaan Paralimpiade Tokyo yang mengalami penundaan akibat pandemi virus corona.
Peragaan gemerlap lampu di menara setinggi 634 meter itu merupakan bagian untuk memeriahkan ajang yang pelaksanaannya diundur, mengikuti ajang pendahuluan olimpiade musim panas Tokyo.
"Seluruh warga dunia juga menantikan agar bisa menyaksikan Paralimpiade," kata Gubernur Tokyo Yuriko Koike dalam sebuah pernyataan resmi yang dikutip Reuters, Senin.
Baca juga: Panitia Paralimpiade Tokyo susun protokol khusus cegah COVID-19
Dalam penampilannya, mula-mula lampu di Tokyo Skytree menyala warna biru, yang bermakna memperingati jasa pekerja kesehatan yang telah berjuang di garis depan melawan virus corona. Selanjutnya disusul warna merah, biru dan hijau, serta warna lambang paralimpiade.
Gedung-gedung di sekitar menara tersebut juga tak ketinggalan melakukan pertunjukan serupa.
Baca juga: Dunia olahraga sambut positif IOC soal skenario alternatif Olimpiade
"Dalam rangka merepson harapan semua orang, kami memastikan bahwa segala upaya kami tujukan untuk memenangkan musuh yang tak terlihat ini, virus corona. Kami akan bekerja untuk menyukseskan olimpiade, disertai harapan yang menjadi simbol umat manusia," kata Koike.
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan pada laman Tokyo 2020, Presiden Komite Paralimpiade Internasional Andrew Parsons menyampaikan harapannya akan kepastian positif setelah adanya penundaan.
"Karena pandemi, karena situasi yang kita alami sekarang, kami berusaha untuk fokus pada aspek esensial untuk melaksanakan paralimpiade," katanya.
Sebelumnya pada bulan Maret, pemerintah Jepang dan Komite Olimpiade Internasional mengeluarkan keputusan penundaan Olimpiade Tokyo hingga tahun 2021. Olimpiade akan dimulai pada 23 Juli tahun 2021, sedangkan Paralimpiade dimulai pada 24 Agustus-5 September.
Baca juga: Paracycling turunkan Fadli di nomor track Paralimpiade Tokyo
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020