Jadi mereka sudah ikut (pameran) sebenarnya, mereka ini sudah memajang produk-produk mereka tetapi setelah itu tidak bisa follow up karena ada keterbatasan dari skilldan kapasitas. Ada banyak kapasitas dan skill gap yang sangat banyak,

Jakarta (ANTARA) - Keterbatasan kapasitas bahasa menjadi salah satu tantangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia untuk menembus dan bersaing di pasar internasional, khususnya Kanada, sehingga dibutuhkan pendampingan keterampilan berbahasa.

Ketua Komite Indonesia-Kanada dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Millie S Lukito, mengatakan pihaknya masih banyak menemukan keterbatasan kapasitas dan kemampuan para pelaku UMKM, termasuk terkait berbahasa Inggris, sehingga diperlukan pendampingan atau coaching agar mereka dapat berkomunikasi dalam bahasa tersebut.

“Jadi mereka sudah ikut (pameran) sebenarnya, mereka ini sudah memajang produk-produk mereka tetapi setelah itu tidak bisa follow up karena ada keterbatasan dari skilldan kapasitas. Ada banyak kapasitas dan skill gap yang sangat banyak,” kata Millie dalam acara diskusi virtual bertajuk ‘Peluang dan Tantangan Peningkatan Ekspor Produk UMKM ke Kanada’ yang digelar secara daring pada Senin.

Baca juga: Perjanjian perdagangan bebas dapat permudah akses UMKM ke pasar Kanada
Baca juga: Diaspora Indonesia punya peluang ekspor makanan ke Kanada

Oleh karena itu, dia meyakini pendampingan terhadap para pelaku UMKM harus kembali ke dasar, terutama bagi para pelaku usaha yang masih cenderung informal dalam berkomunikasi.

Dalam acara diskusi tersebut sejumlah pembicara juga menggarisbawahi pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar, tak hanya dalam berkomunikasi, namun juga dalam presentasi dan deskripsi produk di label-label produk.

Sementara itu, Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Ottawa, Iffah Sa’aidah, mengatakan bahwa label produk merupakan salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan oleh para eksportir asal Indonesia.

“Dalam bahasa Inggris, kemudian negara asalnya juga harus ditulis, deskripsikan dengan benar bahan-bahannya, karena itu sesuatu yang betul-betul harus dipenuhi, jangan sampai ketahuan nantinya bahwa itu ternyata tidak benar, itu akan sangat merugikan nantinya untuk bapak ibu eksportir,” kata Iffah.

Sebagai tambahan, selain label yang berisi deskripsi yang lengkap dan benar, Iffah juga menyebut pentingnya memperhatikan preferensi konsumen, yakni mencocokkan produk Indonesia dengan cita rasa lokal, tren seperti makanan sehat dan harga yang kompetitif.

Selain itu, dia juga menyebut pengenalan produk, kemasan menarik, serta ketersediaan produk dan konsistensi kualitas.

Acara diskusi ‘Peluang dan Tantangan Peningkatan Ekspor Produk UMKM ke Kanada’ digelar oleh Kementerian Luar Negeri RI dan GAPMMI, dengan mengundang sejumlah pembicara termasuk perwakilan-perwakilan RI di Kanada, Pusat P2K2 Kemlu, Tim UMKM GAPMMI, diaspora Indonesia di Toronto, ITPC Vancouver, dan BPOM.

Baca juga: Indonesia, Kanada dorong realisasi kesepakatan perdagangan bebas
Baca juga: Indonesia pameran dagang ke Kanada dan Amerika Serikat

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020