Ketegangan keduanya berawal dari Ruhut yang melakukan interupsi kepada pimpinan sidang yakni Gayus Lumbuun, meminta agar pimpinan sidang memberlakukan waktu bertanya secara adil.
"Waktu bertanya yang digunakan anggota FPDIP sudah terlalu lama agar dibatasi, masih banyak fraksi lain yang belum bertanya," kata Ruhut.
Politisi Partai Demokrat ini menyampaikan kata-kata lainnya yang kemudian menyulut perdebatan di antara keduanya.
Gayus meminta agar Ruhut bisa bersikap tertib agar sidang bisa berjalan lancar.
Ruhut mengatakan, kemarin Gayus sudah marah pada dirinya sekarang marah lagi.
Bahkan, Ruhut juga menyinggung gelar profesor yang dimiliki Gayus.
"Kamu profesor, saya bukan profesor, tapi jangan marah-marah," kata Ruhut.
Gayus meminta Ruhut untuk tidak menyinggung gelar profesor dalam forum rapat Panitia Angket.
"Anda jangan kurang ajar menyebut profesor seperti itu," kata Gayus.
Saat itu, seorang Anggota Panitia Angket lainnya meminta agar perdebatan segera diakhiri.
Gayus meminta agar Fraksi Demokrat untuk mengingatkan Ruhut, karena menilai sering "mengganggu" proses sidang.
Ruhut mengatakan, " Anda jangan mengatur-atur saya. Kita di sini berdiri sama tinggi, duduk sama rendah," katanya.
Gayus yang masih kesal mengatakan," siapa bilang sama tinggi, aku lebih tinggi dari kau," katanya.
Memang postur tubuh Gayus lebih tinggi daripada postur tubuh Ruhut.
Mendengar perkataan tersebut, Ruhut makin emosi dan membentak Gayus, "diam kau".
"Kau yang diam," kata Gayus.
Seorang anggota Panitia Angket lainnya segera meminta pimpinan sidang menghentikan perdebatan tersebut.
Anggota Panitia Angket lainnya mengatakan, "Suara siapa itu, suara setannya," katanya.
Ruhut kemudian tersenyum mendengar celetukan tersebut.
Gayus yang memimpin sidang kemudian mengakhiri perdebatan dengan meminta anggota Fraksi PKS mengajukan pertanyaan. Perdebatan pun berakhir.
Sebelumnya, pada rapat Panitia Angket, Selasa (5/1), juga terjadi perdebatan antara Ruhut Sitompul dan Gayus Lumbuun.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Diskusi merupakan media tukar tukar info dan wawasan.
Kematangan orang2 yg sdg berdiskusi, sangat diperlukan baik dari aspek \"OTAK\" maupun \"KALBU\". Kita berusaha dan harus berusaha untuk mendekati dua aspek itu ke satu titik, sehingga IQ dan EQ kita saling mengait membentuk satu kekuatan yg utuh...
Jangan tiru Gayus dan Ruhut, kayak preman dan tidak ilmiah.. Anda berdua cocoknya diskusi di pasar ikan
Camkanlah : bahwa tujuan hukum bukan hanya demi ketertiban melainkan terutama demi keadilan bagi rakyat banyak.
Saudara Ruhut hati-hatilah menyamakan suara Rakyat dengan suara Tuhan, sebab kalau mayoritas wakil rakyat hanya mementingkan diri/kelompoknya maka UU/Ketentuan Hukum yang diputuskan jelas tidak adil bagi rakyat.