Juba, Sudan, (ANTARA News) - Tujubelas orang tewas akhir pekan lalu ketika sejumlah warga sipil bersenjata menyerang tentara Sudan selatan yang berusaha untuk melucuti senjata anggota suku menyusul pertempuran sengit di wilayah semi-otonomi itu tahun lalu, kata pejabat Selasa.

Perjanjian damai 2005 telah mengakhiri lebih dari dua dasawarsa perang saudara utara-selatan, tapi militer Sudan selatan membuktikan sulit untuk melucuti senjata warga sipil di selatan yang tak patuh pada hukum dan kekerasan suku yang telah menyebabkan sekitar 2.500 orang tewas di selatan tahun lalu, sebagaimana dikutip dari Reuters.

"Tentara bentrok dengan warga sipil bersenjata, 13 tewas dari pihak tentara dan empat dari warga sipil," Wakil Gubernur Lakes State David Noc Marial mengatakan pada Reuters. Orang-orang sipil yang menolak dilucuti senjatanya itu di belakang serangan tersebut, jelasnya.

Lima orang tewas dalam bentrokan antara tentara dan orang-orang sipil bersenjata awal pekan lalu, setelah seorang pemuda yang menolak melepaskan senjatanya ditembak mati. "Warga sipil itu tewas seketika ... keluarganya mengejar tentara."

Badan pemikir Kelompok Krisis Internasional menyebutkan jumlah orang yang tewas dalam perampasan ternak dan serangan balas dendam tahun lalu sekitar 2.500 orang, banyak dari mereka wanita dan anak-anak.

Kekerasan itu, sebagian besar di Jonglei yang berbatsan dengan Lakes State, menimbulkan seruan baru pada pelucutan senjata masyarakat yang siap dengan senjata yang terkumpul dalam perang utara-selatan.

Para pengamat khawatir bahwa kekosongan keamanan di daerah pedesaan dapat menimbulkan kekerasan hebat lagi menjelang pemilihan April dan referedum pemisahan diri selatan pada 2011.

Marial menyatakan bahwa pelucutan senata di Lakes State telah dihentikan sementara, "Kami telah membawa tentara di satu sisi dan mengevakuasi mereka hingga ada perdamaian di wilayah itu," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010