Cirebon (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Gunung Jati (Unsawagati) Cirebon, Imam Syafei berpendapat penyebab gagalnya musyawarah daerah (Musda) Golkar kota Cirebon dengan hasil akhir "deadlock" Minggu (3/1) diduga dipicu oleh perselisihan elit politik intern partai Golkar di kota tersebut.
"Menurut saya konflik antar elit politik ini berawal saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) beberapa waktu lalu yang memunculkan dua tokoh partai Golkar," kata Imam.
Dikatakannya, DPD Golkar yang waktu itu dipimpin oleh Ade Anwar Sham memutuskan mengusung mantan Sekda Kota Cirebon Ano Sutrisno berpasangan dengan Anwar Yasin pengurus DPD PKS Jabar sebagai calon Wali kota dan Wakil Wali kota Cirebon dalam Pilkada.
Namun Sunaryo yang juga tokoh Golkar yang gagal dalam penjaringan calon partai memilih mendampingi Subardi, calon Wali kota dari PDIP dan kemudian menang sehingga hal ini menimbulkan perpecahan dalam tubuh Golkar.
"Perselisihan tersebut sangat mempengaruhi hubungan antar elit politik bahkan hingga tingkat akar rumput partai. Saya yakin inilah yang menyebabkan Musda Golkar kemarin berakhir deadlock karena masih ada tarik menarik kepentingan dari masing-masing elit poitik partai," kata Imam.
Untuk menyelesaikan permasalahan dalam tubuh partai bergambar beringin ini, menurut Imam adalah dengan upaya islah politik antara Ade Anwar Sham dan Sunaryo dimana keduanya mencalonkan diri menjadi ketua DPD Golkar Kota Cirebon.
Sementara itu, Ade Anwar saat diminta tanggapannya tentang pendapat Imam Syafei ini membantah masih berselisih dengan Sunaryo dan meyakinkan hubungannya dengan wakil Wali kota Cirebon tersebut hingga saat ini masih baik-baik saja.
"Tidak ada perpecahan dalam tubuh Golkar. Saya duduk di parlemen dan beliau (Sunaryo. Red) menjabat Wakil Wali kota Cirebon berarti masih ada hubungan kerja secara lembaga. Sampai hari ini kami baik-baik saja," ungkap Ade.
Mengenai penyebab bubarnya Musda Golkar dengan hasil deadlock, menurut Ade hal tersebut terjadi karena masalah teknis saja.
Untuk kelanjutannya, lanjut Ade, pihaknya saat ini masih menunggu petunjuk dari DPD Golkar Jabar untuk menentukan langkah apa yang harus diambil.
Seperti diberitakan sebelumnya, Musda Golkar pada hari Minggu (3/1) yang digelar di Hotel Grage berakhir deadlock.
Berdasarkan pengamatan, sejak pembukaan Musda pada pukul 08.00WIB persaingan dan perdebatan antar kader peserta Musda kerap terjadi. Hujan interupsi mewarnai saat agenda Musda memasuki tahap pembahasan tata tertib (Tatib) Musda. Hingga akhirnya Musda pun terhenti ketika masih membahas tentang Tatib sekitar puku 18.30 WIB dan saat puluhan kader Golkar memaksa masuk dengan alasan ingin menyampaikan aspirasinya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010