Denpasar (ANTARA News) - I Wayan Darta alias Lengkong (40), tersangka pembunuh mantan atlet nasional pencak silat I Gede Arya Heru Wibawa (41), mengaku selalu membawa senjata tajam ke manapun dia pergi.

"Tersangka mengaku bahwa setiap keluar rumah, tidak pernah luput menyelipkan senjata tajam di pinggang di balik bajunya," kata Kapoltabes Denpasar Kombes Pol Gde Alit Widana di Denpasar, Selasa.

Alasan tersangka, kata Kombes Alit, untuk membela diri karena hendak dibunuh orang lain yang pernah ribut dengannya beberapa tahun lalu.

"Jadi sejak dia pernah ribut dan nyaris terbunuh kalau tidak melarikan diri, sejak itu juga setiap pergi meninggalkan rumah selalu membawa senjata tajam," ujarnya.

Senjata tajam yang dibawanya bermacam-macam, tidak hanya clurit tetapi juga badik, pisau belati dan golok.

Selain Darta, anak kandungnya I Made Suastika (21) yang juga terlibat pembunuhan atlet silat nasional itu, juga sering membawa senjata tajam saat meninggalkan rumah dengan alasan untuk membela diri, kata Kapoltabes Alit.

Karena selalu membawa senjata tajam, tidak heran saat ribut dengan korban di sebuah hiburan malam di Denpasar, kekerasan dengan senjata tidak bisa dielakkan.

Pengeroyokan terhadap Arya terjadi Minggu (3/1) pukul 23:00 WITA depan Karaoke Mirama, Denpasar, gara-gara minuman keras.

"Sekitar pukul 21:00 wita, mereka berangkat menuju salah satu kafe di kawasan Renon Denpasar. Namun belum berapa lama berada di tempat itu, listrik tiba-tiba padam, sehingga Darta dan anaknya berangkat ke Karaoke Mirama," ujar Kapoltabes Alit.

Di sana mereka kembali minum-minum dengan terlebih dahulu meminta 10 botol bir sambil menikmati musik.

Selang berapa lama, Made Suastika tiba-tiba ribut dengan pengunjung yang duduk di meja nomor satu. Melihat itu, Arya datang melerai, namun keributan malah berlanjut hingga di luar gedung karaoke.

Dalam situasi yang saling dorong-mendorong, Made Suastika terjatuh dekat Arya berdiri. Menyaksikan anaknya jatuh terkapar, Darta naik pitam.

Dia lalu melukai korban dengan clurit dan golok yang dibawanya. Warga yang melihat kejadian itu langsung melarikan korban ke RSUP Sanglah, namun nyawa atlet yang kini menjadi pelatih bela diri itu tidak bisa diselamatkan.

"Korban meninggal dunia akibat luka pada dada kanan yang mengenai pembuluh nadi di bawah tulang selangkang. Sehingga korban kehabisan darah dalam perjalanan menuju ke rumah sakit," ucap Kapoltabes.

Usai membacok, Darta dan Suastika langsung menyerahkan diri dengan dibonceng orang yang tidak dikenal menuju Polsek Denpasar Selatan. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010