Seoul (ANTARA) - Korea Selatan pada Minggu mengonfirmasi angka penambahan kasus COVID-19 tertinggi sejak Maret, seiring dengan penularan yang terjadi pada klaster jemaat gereja di Ibu Kota Seoul yang menghadiri pula aksi unjuk rasa.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC) melaporkan sebanyak 397 kasus infeksi baru per Sabtu (22/8) tengah malam. Jumlah itu meningkat dari hari sebelumnya, sebanyak 332 kasus, dan menandai sepekan lebih penambahan kasus baru dalam tiga digit.

Dengan kasus baru tersebut, hingga saat ini Korea Selatan mencatatkan total 17.399 kasus positif COVID-19 dengan 309 kematian, menurut data KCDC.

Mulai Minggu, pemerintah menerapkan aturan pembatasan sosial tingkat dua di sejumlah wilayah di luar Seoul, melarang pertemuan gereja secara langsung, serta menutup kelab malam, layanan bufet, dan warung internet.

Otoritas kesehatan mengungkapkan bahwa mereka mungkin akhirnya harus menerapkan aturan pembatasan sosial tingkat tiga yang paling ketat, yaitu sekolah dan kegiatan bisnis terpaksa harus ditutup, jika penambahan kasus tidak kunjung menurun.

Sebelumnya pada Jumat (21/8), otoritas kesehatan menyebut bahwa infeksi COVID-19 di Korea Selatan kembali dalam situasi tertinggi seiring dengan ratusan kasus yang mulai muncul dari Gereja Presbiterian Sarang Jeil.

Sejumlah anggota gereja tersebut menghadiri pula aksi protes anti pemerintah di Seoul pada 15 Agustus, yang kemudian berujung pada peningkatan kasus baru COVID-19 yang terjadi saat ini.

Sumber: Reuters

Baca juga: Wabah virus corona ancam ibu kota Korea Selatan

Baca juga: Kasus COVID-19 capai tiga digit, Korsel lacak ratusan anggota gereja

Baca juga: Korsel dan AS tunda latihan militer gabungan karena COVID-19

Republik Indonesia dan Korea Selatan sepakati travel corridor

Penerjemah: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020