Semarang (ANTARA News) - Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Djoko Mardijanto mengatakan, masyarakat diminta mewaspadai penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD), terutama antara Januari-Februari.
"Dari penelitian yang dilakukan sejak 2003 hingga 2008, kasus DBD banyak ditemui pada bulan Januari dan Februari, sehingga masyarakat harus mewaspadainya," katanya di Semarang, Senin.
Menurut dia, kasus penyakit DBD pada 2009 memang mengalami penurunan dibandingkan 2008, termasuk angka kematian penderita DBD, namun masyarakat tetap harus mewaspadai penyebaran dan penularan penyakit DBD.
Ia menyebutkan, "insident rate" (IR) atau angka kasus DBD di Jateng pada 2008 mencapai 6,14 per 10.000 penduduk, hal ini mengartikan dalam setiap 10.000 penduduk terjadi sebanyak 6 kasus, dan tercatat total kasus mencapai 19.307 penderita.
"Dengan total sebanyak 19.307 kasus pada 2008 tersebut, `case fatality rate` (CFR) atau angka kematian tercatat mencapai sebanyak 229 orang atau sekitar 1,19 persen," katanya.
Pada 2009, kata dia, IR menurun menjadi sebanyak 5,1 per 10.000, dengan total kasus 16.500 penderita, sedangkan CFR tercatat sebesar 1,3 persen atau sebanyak 221 orang.
"Penurunan kasus penyakit DBD selama 2009 tersebut diharapkan juga terjadi pada tahun ini, sehingga penekanan terhadap penyebaran dan penularan penyakit DBD akan terus dilakukan. Target kami nilai IR di Jateng maksimal hanya 2 per 10.000," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mengimbau masyarakat untuk berperan aktif, terutama dalam meningkatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), seperti menguras bak mandi dan menutup tempat pembuangan air yang lebih efektif mencegah penyebaran penyakit DBD.
Ia menjelaskan, tempat-tempat seperti tempayan atau tempat air bersih yang terbuka, bak mandi, genangan air, selokan, pot tanaman yang diisi air bersih, dan kaleng bekas yang berisi air hujan biasanya dipilih nyamuk sebagai tempat bersarang, karena itu perlu diwaspadai.
Ditanya tentang daerah di Jateng yang memiliki angka kasus DBD tertinggi, ia mengatakan, Kota Semarang masih tertinggi, sebab jumlah penduduknya juga tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain.
Menurut dia, IR Kota Semarang pada 2009 tercatat sebanyak 21,9 per 10.000 dengan CFR mencapai sekitar 1,1 persen, namun jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan 2008 dengan IR mencapai 36,56 per 10.000 dan CFR mencapai sekitar 1,1 persen.
Namun, kata dia, pihaknya akan terus berupaya untuk menekan angka tersebut, meskipun telah mengalami penurunan, baik untuk Kota Semarang, maupun daerah-daerah lainnya.
"Kami juga telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota di Jateng untuk melakukan pencegahan penyebaran DBD, baik dengan PSN, maupun dengan penggunaan abate dan `fogging` (pengasapan)," kata Djoko.
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010