Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Dua petani asal Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan yaitu Budi (Desa Baruga) dan Arafah (Desa Kaloling) mendapat kesempatan melakukan pemagangan di Jepang.
Kedua petani itu akan belajar pengembangan padi dan jagung selama satu tahun atas biaya pemerintah Jepang. Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah di Bantaeng, Senin, mengatakan, kedua petani itu akan belajar di Provinsi Nigata.
Selama berada di negeri sakura tersebut, kedua petani Butta Toa itu akan tinggal di rumah petani setempat (home stay) agar dapat berbaur dengan masyarakat membangun sektor pertanian.
Bupati Bantaeng mengatakan, kedua petani tersebut akan meninggalkan tanah air pertengahan Februari. "Mudah-mudahan setelah kembali, keduanya dapat membantu petani di daerah ini mengembangkan daerahnya," harapnya.
Nurdin Abdullah juga mengatakan, bila kedua petani ini berhasil, maka sistem pemagangan ke negeri matahari terbit tersebut akan dilakukan setiap tahun agar pola pikir di kalangan petani juga mengalami perubahan.
"Dengan hidup di Jepang selama setahun, kita berharap pola pikir petani juga akan berkembang dan dapat memanfaatkan lahan yang ada di daerah ini secara maksimal," kata bupati lalu mengatakan harapan agar kedua petani Bantaeng itu juga dapat menguasai ilmu rekayasa bidang pertanian di Negara tersebut.
"Penguasaan rekayasa bidang pertanian sangat diharapkan karena Bantaeng ke depan diharapkan menjadi sentra pengembangan benih. Itu karena keterbatasan lahan di kabupaten berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar ini," kata bupati.
Kabupaten Bantaeng berhasil meningkatkan produksi padi sejak menerapkan sistem tanama Legowo-21. Melalui program tersebut, sawah yang semula hanya menghasilkan empat ton/ha mengalami peningkatan drastis 8-12 ton/ha.
Perkembangan dua kai lipat juga terjadi di sektor pengembangan jagung dari empat ton menjadi 7-8 ton/ha.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010