Jakarta (ANTARA) - Para pasien COVID-19 yang sebelumnya sudah memiliki hipertensi, atau ada riwayat penyakit jantung dan stroke serta diabetes berisiko terganggu kondisi jantung yang bisa membahayakan nyawa.
"COVID-19 bisa involve jantung kita dan kalau sampai kena jantung kita ini sangat berbahaya," ujar dokter spesialis jantung dari Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, Nikolas Wanahita, dalam webinar, Jumat (21/8).
Manifestasi di jantung akibat COVID-19 bisa gagal jantung, aritmia atau masalah irama jantung, kerusakan otot jantung karena serangan jantung atau ada penyumbatan di koroner atau inflamasi di otot jantung.
Selain jantung, pasien juga bisa terkena stroke karena penggumpalan darah di otak dan penggumpalan darah di paru-paru.
"Semua ini komplikasi yang serius," kata Nikolas.
Nikolas mengatakan, virus SARS-CoV-2 bukan hanya satu-satu yang merusak jantung, tetapi juga sistem imunitas akibat viral load dalam jumlah banyak. Viral load diasosiasikan dengan keparahan infeksi COVID-19 pada seseorang. Inilah salah satunya yang bisa menjadi faktor adanya orang-orang dengan COVID-19 bisa tanpa gejala, bergejala ringan atau justru parah.
"Jika viral load masuk banyak, mungkin juga karena imunitas kurang kuat, terjadi badai sitokin berlebihan. Ada enzim karena sitokin naik, menyebabkan sebabkan inflamasi, hipertensi, darah menjadi kental, ketiganya ini yang menyebabkan jantung jadi bermasalah," ujar Nikolas.
Penggumpalan darah ini juga bisa terjadi di otak dan meningkatkan angka kejadian stroke yang dipicu COVID-19.
Menurut Nikolas, tes D-Dmer bisa membantu mendeteksi orang-orang yang kemungkinan atau rawan mengembangkan masalah dengan gumpalan darah.
Baca juga: Kenapa ada pasien COVID-19 parah, tapi ada juga yang tanpa gejala?
Baca juga: Singapura perbolehkan obat remdesivir untuk pasien COVID-19 parah
Baca juga: Obat Synairgen terbukti mengurangi risiko parah pasien COVID-19
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020