Bekasi (ANTARA News) - Diperkirakan sebanyak 50 ribu orang di Kota Bekasi rentan atau beresiko tinggi tertular HIV/AIDS, disebabkan profesi mereka serta penggunaan narkoba suntik.
Program manajer Mitra Sehati, A. Hasami Sahroji, di Bekasi, Minggu, mengatakan, pemicu penularan itu diantaranya adalah adanya 2.801 orang wanita pekerja seks, 2.280 orang pengguna narkoba suntik yang mempunyai pasangan seks maupun pasangan dengan pekerja seks.
"Dari merekalah virus HIV/AIDS bakal menyebar dan kini ada 50 ribu orang yang rentan terhadap penyakit yang belum ditemukan obatnya tersebut," ujarnya.
Petugas Mitra Sehati sendiri telah melakukan pendampingan bagi 937 pengguna narkoba suntik, 174 pengguna narkoba yang sudah menderita HIV/AIDS, 218 orang yang telah mengikuti VCT serta 184 orang pasangan penderita HIV melalui jarum (Injection Drug User/IDU).
Hasami menyatakan untuk wanita dan lelaki seks dengan lelaki belum ada program untuk mereka, sementara keberadaannya di tengah masyarakat cukup menyebar.
Ia menilai pemahaman dan keberanian Pemkot Bekasi mengenai keberpihakan terhadap penanganan HIV/AIDS masih sangat kurang setidaknya bila dilihat dari terbatasnya layanan kesehatan khusus penyakit infeksi menular seksual dan HIV.
"Kita juga menilai porsi anggaran untuk HIV/AIDS masih sangat kurang. Selain itu stigma dan diskriminasi yang masih berlaku terhadap penderita serta kurangnya pemberdayaan terhadap ODHA dari aparat Pemkot," katanya.
Hari Bagianto pengelola program di Komisi Penanggulangan AIDS kota Bekasi, menyatakan, menyatakan penderita HIV/AIDS baru di kota Bekasi secarapasti akibat ketertutupan mereka dalam memeriksakan kesehatan mereka.
"Kita meyakini setiap bulannya ada beberapa penderita HIV baru, akibat tingginya penggunaan narkoba suntik dan maraknya tempat prostitusi, namun sedikit sekali orang beresiko itu memeriksakan kesehatannya," ujarnya.
Ia menyatakan, penderita HIV baru banyak yang belum menyadari bahwa mereka sudah termasuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA), terkait dengan belum terlihatnya gejala-gejala penyakit tersebut serta kondisi fisik mereka masih baik.
Disisi lain ada juga pengguna narkoba suntik yang pasrah dan menganggap mereka sudah tertular penyakit tersebut, namun tidak berupaya untuk memeriksakan diri.
Sebagai kota besar dengan berbagai problematika sosial, faktor-faktor penular penyakit HIV/AIDS cukup tinggi dengan tersedianya sarana yang memudahkan penularan penyakit ini yakni lingkungan dan pergaulan.
Ia mengatakan penderita HIV/AIDS di kota Bekasi terbanyak merupakan penderita dengan penggunaan jarum (injection drug user), kemudian melalui penyakit menular seksual, serta dari ibu ke anak.
Para penderita HIV/AIDS di daerah ini sampai sekarang masih tetap mendapatkan obat-obatan anti retroviral dari rumah sakit secara gratis.
"Obat-obatan tersebut disediakan dalam jumlah yang mencukupi, meski kadangkala pasokan obat datang terlambat hingga mengkhawatirkan bagi penderita," katanya.
Dalam upaya menekan angka penderita HIV/AIDS pihaknya telah meminta kepada pengguna narkoba berhenti mengkonsumsi, apalagi mereka yang menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Meski virus HIV/AIDS langsung mati jika terkena udara, menurut dia dengan jarum suntik sering sisa darah menempel di dalam lubang jarum yang kedap udara, hingga bisa ditularkan apabila digunakan bergantian.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010