perlu upaya tepat untuk mengatasi ketergantungan impor

Badung (ANTARA) - Kementerian Perindustrian fokus menjalankan strategi pencapaian target substitusi impor hingga 35 persen pada tahun 2022 sebagai langkah pemulihan ekonomi nasional yang diwujudkan antara lain melalui peningkatan investasi baru, implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, serta optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

"Kondisi pandemi COVID-19 membuat kita menyadari perlunya pendalaman struktur industri. Sehingga perlu upaya tepat untuk mengatasi ketergantungan impor," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di sela kegiatan Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Bidang Perekonomian di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat.

Untuk mencapai target tersebut, Kemenperin akan berkolaborasi dengan para stakeholder atau kementerian dan lembaga terkait untuk menyusun kebijakan dan peraturan ekspor impor dapat dikelola dengan baik guna membangun ekosistem industri yang kondusif sehingga meningkatkan kemandirian sektor manufaktur dalam negeri.

"Tapi catatan, Kementerian Perindustrian tidak anti impor. Selama produk-produknya belum atau tidak ada dihasilkan oleh industri di dalam negeri baik untuk bahan baku dan barang modal, silahkan impor kalau memang tidak ada. Tapi sambil berjalan, bahan baku dan barang modal yang belum bisa diproduksi di dalam negeri itu yang akan kita coba tumbuhkan," katanya.

Ia menambahkan Kemenperin juga telah memetakan sektor-sektor yang perlu dipacu dalam target substitusi impor tersebut diantaranya adalah industri mesin, kimia, logam, elektronik dan kendaraan bermotor.

"Langkah ini dijalankan secara simultan dengan upaya peningkatan utilisasi produksi seluruh sektor industri pengolahan dengan target hingga mencapai 85 persen di tahun 2022," ungkap Agus Gumiwang.

Ia berharap penurunan impor berpengaruh pada peningkatan produksi tahun 2020-2022. Dari simulasi yang telah dilakukan oleh Kemenperin, penurunan impor sebesar 35 persen di tahun 2022, dapat meningkatkan produksi hingga 12,89 persen.

Selain itu, substitusi impor di sektor industri tersebut diyakini juga memiliki dampak positif lain antara lain adanya penyerapan tenaga kerja, terutama bagi mereka yang sebelumnya terdampak PHK, peningkatan kemampuan belanja dalam negeri dengan semakin bertambahnya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dari sebuah produk yang dihasilkan sektor industri.

"Kemudian, peningkatan pasar ekspor bagi produk industri dalam negeri. Dengan pendalaman struktur industri sehingga kita tidak lagi bergantung pada negara lain," ujarnya.

Terkait instrumen pengendalian impor dalam rangka mendukung program substitusi impor 35 persen pada tahun 2022 adalah larangan terbatas, pemberlakuan pre-shipment inspection, pengaturan entry point pelabuhan untuk komoditas tertentu ke luar pulau Jawa, pembenahan LSPro, serta mengembalikan dari pemeriksaan post-border ke border dan rasionalisasi Pusat Logistik Berikat.

Berikutnya, menaikkan tarif Most Favored Nation untuk komoditas strategis, menaikkan implementasi trade remedies (safeguard, antidumping, countervailing duty), SNI wajib atau technical barrier to trade serta penerapan P3DN secara tegas dan konsisten.

Meneperin Agus Gumiwang menambahkan peta jalan Making Indonesia 4.0 telah ditetapkan untuk mendorong akselerasi transformasi manufaktur menuju Industri 4.0. Making Indonesia 4.0 menargetkan Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar ekonomi terbesar dunia di tahun 2030.

Target itu sejalan dengan meningkatnya kontribusi ekspor netto terhadap PDB hingga 10 persen, produktivitas terhadap biaya yang meningkat hingga dua kali lipat, serta pengeluaran terkait riset dan pengembangan yang mencapai 2 persen produk domestik bruto (PDB).

Making Indonesia 4.0 juga diharapkan berkontribusi pada upaya substitusi impor bagi industri. Tujuh sektor industri telah ditetapkan sebagai prioritas pengembangan Industri 4.0 di Indonesia meliputi sektor makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, serta penambahan dua sektor baru, yaitu industri farmasi dan industri alat kesehatan.

"Industri farmasi dan industri alat kesehatan juga masuk menjadi sektor prioritas industri 4.0. Ini adalah salah satu upaya Kemenperin untuk segera mewujudkan Indonesia yang mandiri di sektor kesehatan," katanya.

Baca juga: Menperin petakan sektor industri yang dibidik untuk substitusi impor
Baca juga: Kemenperin dorong pelaku IKM bikin desain kemasan yang keren
Baca juga: HUT ke-75 RI, Menperin dan pelaku industri gemakan 'Maju Tak Gentar'

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020