Surabaya (ANTARA News) - Peringatan tujuh hari wafatnya mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur digelar dalam dua versi waktu berbeda antara yang di Ciganjur, Jakarta dengan yang di Jombang, Jawa Timur.
"Versi Jakarta peringatan tujuh harinya digelar pada Selasa (5/1) malam, sementara versi Jombang pada Rabu (6/1) malam," kata keponakan Gus Dur, Saifullah Yusuf, di Surabaya, Minggu.
Meski berbeda waktu, menurut Saifullah, hal itu sudah disepakati oleh pihak keluarga, baik yang ada di Ciganjur, Jakarta, maupun di Tebuireng, Jombang.
"Khusus untuk di Jombang, nanti saya dan Pak Gubernur (Soekarwo) akan datang dalam acara tahlilan tujuh hari Gus Dur di Tebuireng," kata Wakil Gubernur Jatim itu.
Mengenai banyaknya peziarah yang sampai membawa tanah uruk makam Gus Dur, dia menganggap sebagai hal yang wajar, dan tidak perlu ada larangan.
"Menurut pandangan saya, itu bukan perbuatan syirik. Wajar, masyarakat bersikap seperti itu untuk mencari berkah. Tidak perlu dilarang," kata pria yang akrab disapa Gus Ipul itu.
Ia menambahkan, sikap masyarakat seperti itu lazim dilakukan warga nahdliyin yang menganggap sesuatu yang melekat pada diri seorang wali atau ulama besar bisa mendatangkan berkah.
Apalagi, lanjut Gus Ipul, semasa hidupnya Gus Dur sering kali melakukan ziarah ke makam para wali, baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Bahkan, sebelumnya jenazah Gus Dur sempat akan dikebumikan di Makam Auliya`, Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jatim dan Ciganjur, Jakarta. Namun akhirnya keluarga memutuskan pemakaman mantan Ketua PBNU itu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Kamis (31/12) lalu.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010