Semarang (ANTARA News) - Puluhan orang yang tergabung dalam Jaringan Lintas Agama Kota Semarang, Sabtu malam, menggelar doa bersama di kawasan Tugu Muda Semarang untuk mendoakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang wafat 30 Desember 2009.
Aksi ini mereka namakan `Malam Sejuta Lilin Duka Lintas Agama Untuk Gus Dur` yang diikuti oleh puluhan orang perwakilan dari lima agama di Indonesia.
Sebelum menggelar doa bersama, puluhan orang yang membawa foto Gus Dur dan bendera Merah Putih setengah tiang tersebut menyalakan lilin sambil menyanyikan lagu Gugur Bunga.
Seusai berdoa bersama dengan khidmat, mereka melakukan aksi teatrikal dan pembacaan puisi yang menggambarkan penghormatan serta ungkapan rasa kehilangan yang sangat mendalam.
Setelah itu, mereka juga berorasi menyampaikan pesan-pesan akan pentingnya persaudaraan dan kebersamaan antarumat beragama yang telah diajarkan Gus Dur selama ini.
Ketua Komisi Hubungan Antaragama Kota Semarang Romo Aloysius Budi mengatakan tujuan aksi ini adalah untuk mendoakan Gus Dur yang dikenal sebagai tokoh pluralisme Indonesia agar diberikan tempat yang terbaik oleh Tuhan Yang Maha Esa.
"Gus Dur adalah sosok pejuang yang berdiri di atas kepentingan semua golongan serta konsisten membela hak-hak kaum minoritas. Beliau juga dikenal sebagai pemersatu perbedaan di tengah-tengah kehidupan bernegara," katanya.
Ia menjelaskan, Gus Dur bukan hanya milik umat beragama di negara Indonesia saja, melainkan juga bagi umat beragama di seluruh dunia.
"Wafatnya Gus Dur merupakan kehilangan besar bagi bangsa ini dan dunia pada umumnya," ujarnya.
Ia menerangkan, penyalaan lilin ini menggambarkan tekad orang-orang yang mengenal Gus Dur dan telah ditinggalkan untuk mewarisi, melanjutkan serta terus berjuang apa yang telah dilakukan oleh Gus Dur semasa hidupnya.
Senada denga Romo Aloysius, perwakilan dari agama Budha Kota Semarang Pendeta Herry Basuki mengatakan Gus Dur sangat menghargai perbedaan beragama.
"Kami merasakan ada suatu kekuatan dari sosok Gus Dur dalam memperhatikan dan melindungi kami sebagai kaum minoritas," katanya.
Ia menambahkan, aksi serupa juga digelar secara hampir bersamaan di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Ambon.
Selain mengenang dan mendoakan Gus Dur, aksi tersebut juga mendoakan mantan Menteri Keuangan pada masa orde baru,Frans Seda, yang wafat sehari setelah wafatnya Gus Dur.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Beliau adalah orang paling berani berbicara, walaupun dia tahu, banyak orang yg menantangnya. Suka membela orang lemah, tdk mementingkan kelompoknya.
Bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai Pahlawannya. Kalau Indonesia tetap ingin dianggap bangsa yg besar, Gus Dur harus diangkat jadi PAHLAWAN.
Selamat jalan Gus Dur.