sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke monumen sejarah perjuangan itu justru berasal dari luar daerah.
Yogyakarta (ANTARA) - Jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Monumen Jogja Kembali di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,,mengalami peningkatan pada hari pertama libur panjang Tahun Baru Islam 1442 Hijriah, Kamis.
Kepala Urusan Humas, Pemandu, dan Pemasaran Monumen Jogja Kembali (Monjali), Abdul Rauf di Yogyakarta, Kamis, mengatakan hingga pukul 15.00 WIB wisatawan yang berkunjung tercatat sebanyak 80 orang yang berasal dari berbagai daerah.
"Biasanya sejak pertama buka selama pandemi rata-rata hanya 25 pengunjung sehari," kata Rauf.
Baca juga: Kemenparekraf dorong objek wisata di Kudus terapkan "Gerakan BISA"
Menurut dia, sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke monumen sejarah perjuangan itu justru berasal dari luar daerah. "Mereka kebanyakan rombongan keluarga. Kalau rombongan sekolah belum ada," kata dia.
Rauf mengakui tidak mudah menarik pengunjung seperti saat sebelum pandemi. Apalagi, pihak pengelola juga harus membatasi jumlah pengunjung dengan protokol kesehatan yang ketat untuk menghindari penularan COVID-19.
"Prinsipnya akan kami ukur dengan 'thermo gun'. Kalau suhu tubuh (wisatawan) melebihi batas yang ditentukan akan kami tolak," kata dia.
Baca juga: Pemkot Jaksel resmikan masjid berarsitektur Tionghoa
Meski demikian, ia meyakini selama libur panjang empat hari ke depan jumlah wisatawan akan terus meningkat. Pasalnya, pada libur akhir pekan yang bertepatan pada nomentum libur HUT ke-75 RI jumlah pengunjung bisa mencapai 300 orang.
"Saya yakin jumlah pengunjung bisa lebih banyak karena cuti bersama juga lebih panjang," kata Rauf.
Menurut dia, Monumen Jogja Kembali sempat menutup operasional selama empat bulan tutup sejak 18 Maret 2020 karena pandemi COVID-19.
Baca juga: Rekomendasi destinasi wisata untuk "long weekend" selain puncak
Dia menyebutkan jumlah koleksi benda bersejarah yang ada di Monjali hingga saat ini sebanyak 1.000 koleksi dengan harga tiket masih tetap Rp10.000 per orang.
Berbagai koleksi itu termasuk diorama andalan yang secara keseluruhan menggambarkan situasi saat perang kemerdekaan sekitar 1945-1949 hingga Yogyakarta menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020