Berbagai tansformasi digital, misalnya, merupakan jawaban, mengapa inflasi tetap rendah meski kita berada dalam krisis
Jakarta (ANTARA) - Pakar manajemen bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali menilai transformasi yang dilakukan dunia usaha saat ini merupakan solusi agar bisa bertahan dan bahkan lebih kuat saat menghadapi krisis akibat pandemi COVID-19.
Sebagaimana pidato kenegaraan pada 14 Agustus 2020, ujarnya di Jakarta, Rabu, Presiden Jokowi berpesan bahwa krisis seharusnya menjadi momentum untuk bertransformasi.
Transformasi tidak hanya diarahkan pada sektor kesehatan, tetapi juga pendidikan, ekonomi, hukum, pemerintahan, dan sebagainya. Transformasi tidak hanya pada program, tetapi juga cara kerja yang efisien, fleksibel dengan memprioritaskan pendekatan teknologi.
"Dengan demikian, semangat transformasi dunia usaha pun sejalan dengan pesan Presiden. Berbagai tansformasi digital, misalnya, merupakan jawaban, mengapa inflasi tetap rendah meski kita berada dalam krisis," kata Rhenald melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, seperti pesan Presiden, krisis memang menjadi momentum untuk bertransformasi, karena krisis pada dasarnya meruapakan energi besar diberikan Tuhan kepada manusia untuk melakukan perubahan.
"Itu energi besar. Ada yang melihat sebagai ancaman, ada yang memanfaatkan dengan perlawanan, menghujat, membangun gerakan perlawanan, dan sebagainya. Tetapi, ada sebagian yang menggunakan sebagai energi perubahan," katanya.
Dikatakannya, perubahan tersebut dapat dilihat, ketika ketika berbagai sektor sudah beralih pada penggunaan pendekatan online atau digital, bahkan dalam dunia medis, praktik dokter pun sekarang sudah bisa melakukan telemedivid.
Sedangkan pada dunia usaha, adalah maraknya toko online, yang berkontribusi pula agar produksi rumah tangga ikut berjalan.
"Itu semua adalah transformasi, termasuk penggunaan kekuatan digital. Kalau ada perusahaan besar tidak bertransformasi, nanti pada setiap krisis pasti akan ada merger dan akuisisi karena tidak kuat dengan kondisi keuangannya dan struktur biaya yang menjadi mahal," jelasnya.
Terkait dengan transformasi yang dilakukan PT Gunung Raja Paksi Tbk, Rhenald berpendapat bahwa transformasi produsen baja nasional tersebut sangat krusial dan membuat perusahaan menjadi lebih sustain.
Bukan hanya ketika perusahaan tersebut memutuskan untuk dikelola lebih profesional, setelah sekitar 50 tahun menjadi perusahaan keluarga, lanjutnya, tetapi, juga saat PT GRP dikelola lebih transparan dan akuntabel setelah initial public offering (IPO) pada September 2019, serta transformasi digital setelah menggandeng IBM dan SAP Indonesia.
PT GRP Tbk terus melakukan transformasi, untuk mempertahankan posisi sebagai produsen baja kelas dunia dan sebagai yang terdepan di industri ini.
Anak perusahaan Gunung Steel Group tersebut, saat ini mempunyai kapasitas produksi sebesar 2,8 juta ton baja per tahun atau sekitar 12 persen dari kapasitas produksi baja nasional
"Dikelola secara profesional akan membuat perusahaan lebih sustain dan lebih berjangka panjang. Dan yang pasti, transformasi perusahaan baja tersebut juga sejalan dengan pesan Presiden untuk keluar dari krisis," kata Rhenald.
Baca juga: Peneliti: Transformasi perusahaan harus diikuti kualitas SDM
Baca juga: Pandemi, 50 persen perusahaan RI prioritaskan transformasi digital
Baca juga: Perusahaan nasional dituntut lakukan transformasi bisnis
Pewarta: Subagyo
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020