Kta Gaza (ANTARA News) - Israel diperkirakan akan melakukan gencatan senjata sepihak dalam ofensif paling mematikan yang pernah dilakukan negara Yahudi itu di Jalur Gaza setelah mereka memperoleh dukungan dari AS dan Mesir untuk mencegah penyelundupan senjata ke wilayah yang dikuasai Hamas itu, menurut sejumlah pejabat, Jumat. Seorang pejabat tinggi pemerintah mengatakan, kabinet keamanan Perdana Menteri Ehud Olmert pada pertemuan Sabtu malam diperkirakan mendukung usulan gencatan senjata itu, dimana Israel akan menghentikan penembakan setelah ofensif tiga pekan meski tanpa kesepakatan timbal-balik dari Hamas. Namun, menurut ketentuan-ketentuan usulan itu, pasukan Israel akan tetap berada di dalam wilayah Gaza selama kurun waktu yang tidak dijelaskan, kata seorang pejabat tinggi pemerintah Israel. "Kabinet Israel diperkirakan memberikan suara yang mendukung gencatan senjata sepihak pada pertemuan besok setelah penandatanganan memorandum di Washington dan kemajuan berarti yang dicapai di Kairo," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP.            "Pasukan Israel akan tetap berada di Gaza setelah gencatan senjata sepihak diberlakukan," katanya.            Terobosan itu dicapai setelah Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni menandatangani sebuah perjanjian di Washington dengan Menlu AS Condoleezza Rice dimana AS akan meningkatkan pengawasn untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, dan setelah seorang "Olmert puas dengan hasil perundingan di Kairo, yang menjawab tuntutan-tuntutan dasar Israel" bagi penghentian serangan roket Hamas dan perjanjian koordinasi antara Israel dan Mesir mengenai pembukaan lintasan-lintasan penyeberangan di Gaza, kata pejabat itu.            "Olmert puas dengan memorandum dengan AS dan perundingan di Mesir," katanya.            Serangan-serangan mematikan Israel selama 21 hari ini menewaskan lebih dari 1.100 warga Palestina dan mencederai 5.000 orang di Gaza.            Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.            Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.            Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.            Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.            Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.            Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni. (*)     

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009