Jakarta (ANTARA News) - Setelah Gus Dur, Indonesia kembali kehilangan seorang putra terbaik yakni Frans Seda, yang juga meninggal dunia Kamis, demikian diungkapkan oleh politisi PDI Perjuangan yang mantan anggota Komisi I DPR RI, Andreas H Pareira.
"Kita berbelasungkawa. Karena bangsa Indonesia berturut-turut kehilangan tokoh besarnya. Setelah Presiden ke-4 RI, Bapak KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), kini tokoh intelektual-politisi Frans Seda berpulang pada hari Kamis (31/12). Inilah peristiwa tak terlupakan di penghujung tahun 2009 ini," ungkapnya kepada ANTARA di Jakarta.
Frans Seda (FS), merupakan putra Indonesia berdarah Flores yang dikenal sebagai politisi intelektual segala zaman.
"Di zaman Bung Karno, FS adalah Ketua Partai Katolik, lalu sukses menjadi Menteri Perkebunan dan Menteri Keuangan. Sedangkan di zaman Orde Baru (Orba), FS menjabat Menteri Perhubungan, dan terakhir di-Dubes-kan, karena sikapnya yang keras terhadap rezim Soeharto," ujarnya.
Pada dua dekade terakhir masa Orba, demikian Andreas Pareira, FS lebih dikenal sebagai kolumnis kritis untuk bidang ekonomi-politik.
"FS juga dikenal sebagai `lobyst` bukan hanya di tingkat nasional, juga tingkat internasional. FS tercatat sebagai tokoh senior di belakang layar yang mendorong dan mendukung perjuangan Megawati Soekarnoputri," ungkapnya.
Itulah sebabnya, sampai akhir hayatnya, FS merupakan salah satu anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan.
"Sementara itu, di dunia pendidikan, FS meninggalkan Universitas Katolik (Unika) `Atma Jaya` sebagai warisan untuk generasi muda. Selamat jalan Oom Frans," tutur Andreas Pareira.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009