Surabaya (ANTARA News) - Wafatnya mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rabu sekitar pukul 18.45 WIB, membuat semua kalangan merasa kehilangan.
Mereka yang kehilangan itu mulai dari presiden, tokoh masyarakat, ulama, tokoh lintas agama, politikus, budayawan, olahragawan, hingga rakyat jelata.

Almarhum menjabat Presiden keempat RI mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.

Ayah Gus Dur adalah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, KH Wahid Hasyim dan Ibunya bernama Hj Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri.

Dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/12) malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Hari Berkabung Nasional atas meninggalnya Presiden keempat Republik Indonesia itu dengan meminta masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama satu pekan penuh.

"Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia mulai besok (31/12) mengibarkan bendera setengah tiang selama tujuh hari sebagai rasa duka dan berkabung yang mendalam atas kepergian Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid," kata Presiden.

Presiden juga mengatakan, dirinya akan memimpin langsung upacara kenegaraan pemakaman KH Abdurrahman Wahid yang sedianya akan dilangsungkan di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Kamis (31/12) pagi.

"Negara ingin memberikan penghormatan tertinggi dalam acara pemakaman dan akan dilaksanakan di Jombang dengan upacara kenegaraan yang akan saya pimpin sendiri," kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan dirinya sudah berkoordinasi dengan Ketua MPR Taufiq Kiemas agar bertindak pemimpin upacara dalam pemberangkatan jenazah mantan Presiden Abdurrahman Wahid dari kediaman pribadinya di Jl Warung Sila nomor 30, RT 02/ RW 05, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menuju ke tempat pemakaman di Jombang, Jatim, pada Kamis (31/12) pagi.

"Indonesia kehilangan putra terbaiknya dan mendoakan agar semua masyarakat Indonesia mendoakan yang terbaik bagi mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu," katanya.

Rasa kehilangan juga dikemukakan Wakil Presiden Boediono.

"Kita benar-benar kehilangan seorang tokoh besar, tokoh pemersatu bangsa dalam sejarah modern Indonesia," kata Boediono melalui juru bicaranya, Yopi Hidayat, di Jakarta, Rabu malam.

Boediono menambahkan, saat ini sangat sulit untuk mencari tokoh-tokoh pemersatu bangsa seperti Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.

Ke depan, lanjut Boediono seperti dikutip Yopi, Indonesia diharapkan dapat memiliki kader-kader pemersatu bangsa seperti Gus Dur.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009