Semarang (ANTARA News) - Koordinator Rabithah Ma`ahidil Islamiyah (RMI) Wilayah Barat, KH Ahmad Zaim Ma`shoem menilai, belum ada tokoh Nahdlatul Ulama (NU) saat ini yang sekaliber KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
"Gus Dur adalah ikon NU yang menguasai berbagai bidang, baik politik, sosial, budaya, apalagi agama, dan sampai saat ini belum ada tokoh NU lain yang sanggup menandingi beliau," katanya saat dihubungi dari Semarang, Rabu.
Menurut dia, warga Nahdliyin saat ini benar-benar sangat kehilangan dengan wafatnya Gus Dur, sebab Gus Dur adalah tokoh panutan yang selalu siap untuk menjadi "bemper" menghadapi berbagai permasalahan dan situasi nasional.
"Beliau pasti akan memosisikan dirinya menjadi `bemper` menghadapi isu-isu nasional yang dipandang akan membuat umat Islam menjadi tersudut," kata mantan Ketua RMI Jawa Tengah, sayap organisasi NU yang membawahi pondok pesantren tersebut.
Ia mengatakan, Gus Dur juga selalu konsisten dengan prinsip-prinsip yang diyakininya, meskipun banyak pihak menilai Gus Dur inkonsisten. "Namun, semua itu terjadi karena mereka belum memahaminya," kata pria yang akrab disapa Gus Zaim itu.
Bukti kekonsistenan Gus Dur, kata dia, adalah perjuangannya untuk membela kaum minoritas, lemah, kecil, sebab dia merasa umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia tidak dapat berbuat seenaknya terhadap kaum minoritas.
"Penindasan yang dilakukan umat Islam di Indonesia terhadap kaum minoritas justru akan berdampak buruk bagi umat Islam sendiri. Kalau di Indonesia bisa seenaknya, bagaimana dengan umat Islam minoritas di daerah tertentu," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Gus Dur selalu memperjuangkan kelangsungan kaum minoritas, terutama yang ada di Indonesia untuk menciptakan kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.
"Meskipun, dalam menjalankan prinsip memperjuangkan kaum minoritas itu Gus Dur sering melakukan langkah berbeda, sehingga dipandang inkonsisten, namun langkah-langkah yang dilakukan sebenarnya tidak merubah prinsip dasar beliau," katanya.
Menurut dia, Gus Dur juga merupakan tokoh yang bersikap inklusif dalam berdakwah, sehingga membuatnya dapat diterima oleh seluruh kalangan. "Satu kata kunci yang saya tangkap dari sosok Gus Dur adalah silaturahmi," katanya.
Ia mengatakan, sikapnya yang inklusif tersebut, menjadikan Gus Dur tidak segan-segan untuk memasuki gereja yang merupakan tempat peribadatan umat Kristiani, sebab Gus Dur merasa dakwah dapat dilakukan di mana saja.
"Sebenarnya ada beberapa tokoh NU yang juga memiliki kemampuan politik, sosial, dan budaya seperti Gus Dur, namun hanya menguasai salah satu, misalnya hanya pintar soal politik saja atau soal budaya saja," katanya.
Selain itu, kata dia, sampai saat ini juga belum ada tokoh yang siap menghadapi fitnah seperti Gus Dur, sebab banyak fitnah yang ditujukan kepada Gus Dur, seperti saat Gus Dur mengunjungi gereja diisukan dibaptis, dan sebagainya.
"Apa ada tokoh yang siap menghadapi fitnah setangguh Gus Dur, karena beliau selalu menyikapi fitnah yang ditujukan kepadanya dengan santai dan tenang, serta mengeluarkan ungkapan khas `gitu aja kok repot`," katanya.
Ditanya dengan nasib warga Nahdliyin sepeninggal Gus Dur, ia mengatakan, warga Nahdliyin tentu kehilangan tokoh yang selama ini dijadikan sebagai panutan, namun hal itu tidak menjadikan warga Nahdliyin akan kehilangan arah.
"Jangan lupa, NU memiliki kultur yang berbeda dibandingkan organisasi masyarakat lain, karena warga Nahdliyin di daerah-daerah tetap memiliki tokoh atau kiai lokal yang selama ini dianggap sebagai panutan," kata Gus Zaim.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009