"Almarhum adalah sosok pemersatu bangsa, sosok demokratis yang juga membela kaum minoritas," katanya, saat dihubungi di Jakarta, Rabu malam.
Romo Mudji yang telah lama bersahabat karib dengan almarhum Gus Dur, mencontohkan adanya perayaan Imlek pada masa Gus Dur menjadi Presiden keempat RI.
Gus Dur juga mengajarkan secara tidak langsung untuk tetap menjaga kemajemukan Indonesia melalui forum dialog antaragama, tidak saja melalui kata-kata tetapi juga melalui tindakan nyata.
"Almarhum Gus Dur adalah sosok muslim dengan Nadhlatul Ulama-nya yang dengan humanis mencoba merangkul semua kelompok masyarakat, termasuk kelompok minoritas sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang plural," kata Romo Mudji.
Dalam masa pemerintahannya, menurut Mudji, proses reformasi berjalan begitu dinamis namun dapat berjalan baik karena kepiawaiannya, kemampuannya untuk menjaga pluralisme dalam kerangka negara kesatuan.
"Almarhum adalah sosok yang tidak membedakan kelompok bangsa yang satu dengan lainnya, pemimpin yang tidak memberikan keistimewaan pada kelompok atau golongan tertentu. Semua adalah sama, sebagai bagian bangsa dan negara Indonesia," ujar Romo Mudji.
Abdurahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 pada pukul 18.45 WIB setelah sempat dirawat di RS Cipto Mangunkusumo. Gus Dur menjabat presiden keempat RI periode 1999-2001.
Rencananya, jenazah Gus Dur akan dimakamkan di kampung halamannya di Jombang, Jawa Timur, pada Kamis (31/12). Saat ini, jenasah tengah dalam perjalanan dari RS Cipto Mangunkusumo ke kediamannya di Ciganjur Jakarta Selatan.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009