Jakarta (ANTARA News) - Keluarga besar PP Muhammadiyah dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di seluruh Tanah Air mengucapkan belasungkawa atas wafatnya mantan presiden RI yang juga merupakan tokoh Islam panutan KH Abdurrahman Wahid.
Ketua Umum PP Muhmammadiyah Din Syamsuddin, di Jakarta, Rabu malam, mengatakan kepergian Gus Dur (panggilan populer Abdurrahman Wahid) adalah kehilangan besar bagi umat Islam dan bangsa Indonesia.
"Selama hidupnya Gus Dur telah menampilkan peran tertentu dan memberikan jasa bagi bangsa Indonesia," kata Din.
Ia menambahkan walaupun Gus Dur memiliki banyak ide dan bersikap kontroversial, tetapi banyak pula idenya yang bermanfaat seperti pengembangan atas perlunya kemajemukan dan penguatan demokrasi.
"Saya berharap hilangnya seorang tokoh umat dan tokoh bangsa, maka akan segera tergantikan dengan munculnya tokoh-tokoh lain, khususnya di kalangan umat Islam," demikian Din Syamsuddin.
Sementara itu, secara terpisah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PPP Irgan Chaerul Mahfiz menyampaikan Gus Dur adalah sosok yang luar biasa. Gus Dur adalah tokoh yang sangat memperhatikan masalah-masalah kemanusiaan, keragaman, dan bangsa.
"Kita sangat kehilangan besar seorang tokoh yang kita kenal sebagai Guru Bangsa. Beliau mendorong demokrasi, bahkan sistem yang kita jalani saat ini berangkat dari pemikiran beliau," katanya.
Gus Dur, kata Irgan, telah memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan politik bangsa Indonesia.
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid meninggal karena sakit di RSCM Jakarta, Rabu, pukul 18.40 WIB. Sekretaris pribadi Gus Dur, Sulaeman mengatakan Gus Dur telah mengalami tanda-tanda kritis sejak Rabu siang dan didampingi seluruh keluarga dekat dan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
Tanda-tanda kritis tersebut telah dilaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sehingga Presiden segera bergegas ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pukul 18.30 WIB dan keluar setengah jam kemudian (19.00 WIB).
Sebelumnya, putri Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid, pada Selasa (29/12) menuturkan kondisi Gus Dur saat itu telah membaik.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009