Hasil SEA Games di Laos yang berlangsung pertengahan Desember mencerminkan posisi bulu tangkis Indonesia saat ini.
Mengandalkan materi pemain yang relatif sama, masih dengan pemain-pemain senior, terbukti tidak lagi menjadi jaminan untuk meraih sukses meraup medali.
Itu dalam ruang lingkup Asia Tenggara, tempat pesaing-pesaing kuat seperti Korea, Jepang, China, dan Denmark tidak masuk dalam hitungan.
Di tingkat dunia, gagalnya Indonesia meraih satu gelar pun pada Kejuaraan Dunia 2009 di India, Agustus, setelah pada 2007 membawa pulang dua gelar melalui pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan dan Nova Widianto/Liliyana Natsir, juga memberi bukti nyata bahwa bulu tangkis Indonesia harus segera dibenahi. Pada 2008, kejuaran iu tidak digelar karena ada Olimpiade.
Perginya beberapa pemain berpengalaman meninggalkan pelatnas, sedikit banyak juga berpengaruh dalam ajang beregu.
Dalam kejuaraan dunia beregu campuran Piala Sudirman yang digelar Mei di Guangzhou, China, tim Indonesia yang menurunkan gabungan pemain berpengalaman dan yang belum berpengalaman hanya mencapai semifinal.
Hasil tersebut lebih buruk dari dari dua tahun lalu di Glasgow, Skotlandia, ketika tim Merah Putih masih bisa lolos ke final meskipun akhirnya dibabat 0-3 oleh juara bertahan China.
Pada ajang Super Series yang merupakan 12 rangkaian turnamen sepanjang tahun, Indonesia tercatat hanya meraih lima gelar dari total 60 gelar. Tahun sebelumnya Indonesia masih mampu mengumpulkan 10 gelar Super Series.
Dengan semua kenyataan tersebut, bisa dibilang 2009 adalah tahun minim prestasi bagi bulu tangkis nasional di ajang internasional.
"Pada prinsipnya prestasi tahun ini menurun dibanding tahun lalu, itu dapat dilihat dari perolehan gelar," kata Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Lius Pongoh mengakui kondisi tersebut.
Padatnya jadwal turnamen, menurut Ketua Sub Bidang Pelatnas PB PBSI Christian Hadinata, turut mempengaruhi performa atlet dalam bertanding karena ketika masih melakukan pemulihan, mereka sudah harus bertanding lagi.
Dalam setahun, selain Super Series, turnamen reguler yang banyak diikuti pebulu tangkis nasional adalah grand prix dan grand prix gold, di samping kejuaraan Dunia dan beregu (Thomas-Uber atau Sudirman) yang setiap tahun juga diselenggarakan.
"Perlu keberanian untuk mengurangi jadwal bertanding terutama bagi atlet-atlet senior dan papan atas, agar mereka bisa menjaga penampilan tetap prima," kata Christian.
"Bagi atlet-atlet papan atas seperti pasangan Kido/Hendra dan Nova/Liliyana, lebih penting menjaga kondisi, bukan bertanding sebanyak-banyaknya karena sudah tidak membutuhkan pengalaman bertanding lagi," kata arsitek sejumlah ganda putra terkemuka itu.
Selain rawan cedera, kelelahan karena terlalu banyak bertanding yang mengakibatkan buruknya penampilan membuat pemain sekaliber mereka kehilangan rasa percaya diri.
"Karenanya lebih baik jika mengikuti beberapa turnamen saja, tetapi selalu tampil menjadi juara daripada ambil bagian dalam setiap turnamen tetapi prestasinya naik-turun," kata Christian seraya mencontohkan juara Olimpiade asal China Lin Dan yang hanya mengikuti beberapa turnamen dalam setahun tetapi hampir selalu menjadi juara ketika ia tampil.
Masih berlanjut
Minimnya prestasi bulu tangkis Indonesia diakui Lius masih akan berlanjut pada tahun depan dengan keterbatasan pemain yang mumpuni setelah sejumlah pemain senior meninggalkan pelatnas.
Terakhir pasangan juara Olimpiade Markis Kido/Hendra Setiawan mengajukan surat pengunduran diri dari tim nasional usai memperkuat tim SEA Games dan berhasil menyumbang medali emas.
"Tahun depan prestasi bulu tangkis mungkin tidak berbeda jauh dari sekarang, tidak mungkin pemain-pemain yang tadinya belum apa-apa tiba-tiba melejit," katanya.
Jika pengunduran diri mereka diterima, Kido/Hendra akan menyusul sejumlah pendahulunya seperti Taufik Hidayat, Vita Marissa, Alvent Yulianto dan Hendra Aprida Gunawan, menjadi pemain profesional.
Beratnya program latihan di Pelatnas diakui Kido sudah tidak dapat ia ikuti karena sakit yang ia derita menuntutnya untuk tidak melakukan aktifitas fisik yang terlalu berat.
Bukan hanya atlet yang keluar pelatnas tahun ini. Pada pertengahan tahun, pecinta olah raga bulu tangkis di Tanah Air juga dikejutkan dengan perginya mantan juara dunia dan peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 Hendrawan, pelatih tunggal putra, yang pergi ke negeri jiran Malaysia untuk melatih di sana.
Tidak cukup dengan itu, pengganti Hendrawan yang menangani tunggal putra, Davis Efraim, juga telah menyusul pendahulunya dengan menyatakan pengunduran dirinya pada akhir Desember untuk melanjutkan karir melatihnya di Jepang.
Namun menurut Sekjen PB PBSI Yacob Rusdianto, PBSI telah menyiapkan pengganti pelatih tunggal putra dengan memanggil pelatih Klub Djarum Kudus Agus Dwi Santoso, sehingga tidak ada kekosongan pelatih untuk menghadapi 2010 yang padat kompetisi.
Selain turnamen reguler, ajang penting pada 2010 di antaranya adalah kualifikasi Piala Thomas dan Uber dilanjutkan dengan putaran final jika lolos, ditambah Kejuaraan Dunia dan Asian Games yang butuh persiapan matang.
Lius mengatakan, tahun depan PBSI masih harus mengandalkan pemain-pemain senior dalam berbagai kompetisi penting tersebut.
"Untuk kualifikasi Piala Thomas dan Uber tidak mungkin menurunkan pemain muda, karena pasti tidak akan lolos. Mau tidak mau kita tetap mengandalkan yang senior karena lawan-lawannya berat," kata Lius yang juga menyebutkan kemungkinan akan mengambil pemain dari luar pelatnas.
Mengandalkan pemain senior pun bukan berarti Indonesia bisa dengan mudah melaju ke putaran final yang akan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Mei.
Meski tanpa juara bertahan China dan tuan rumah Malaysia yang otomatis lolos ke putaran final, masih ada Korea, Jepang, Thailand, dan India yang akan berebut tempat di putaran final turnamen bulu tangkis beregu paling bergengsi itu.
Namun, terlepas dari semua itu PBSI telah menegaskan bahwa pada 2010 akan lebih berkonsentrasi melakukan pembinaan terhadap pemain-pemain muda untuk menyiapkan mereka menggantikan senior-seniornya.
"Untuk 2010 kita akan menyiapkan yang muda-muda. Mungkin tidak bisa dituai sekarang tetapi baru kelihatan hasilnya pada periode kepengurusan yang akan datang. Tetapi itu tidak masalah," kata Lius.(*)
Oleh Fitri Supratiwi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009