"Fundamental AS masih rentan, meski ada perbaikan tapi belum menunjukkan perbaikan yang sustainable (berkelanjutan). Kemungkinan dolar AS melemah masih terbuka sehingga kurs regional termasuk rupiah masih berpeluang menguat," kata Direktur Perencanaan Makro Bappenas, Bambang Prijambodo, di LKBN ANTARA di Jakarta, Selasa.
Bambang mengakui, rencana AS menerbitkan obligasi dalam jumlah besar untuk membiayai defisitnya memang akan menyedot dolar AS kembali ke negara itu.
Namun hal itu kemungkinan hanya terjadi dalam jangka pendek karena investor akan kembali melihat kondisi fundamental AS yang belum cukup kuat. Hal itu akan mendorong investor kembali menginvestasikan dananya di luar AS.
"Selama kita bisa menjaga kondisi stabilitas, nilai tukar akan menuju ekuilibrium bahkan mungkin menguat dalam kisaran 9.000 hingga 9.500 per dolar AS," kata Bambang.
Sementara itu pengamat pasar uang, Farial Anwar mengatakan, rupiah pada 2010 diperkirakan akan dapat mencapai angka 9.000 per dolar, namun posisinya di level itu tidak akan berlangsung lama, karena Bank Indonesia (BI) tidak menginginkannya.
Menurut dia, BI mempunyai kepentingan juga terhadap mata uang asing apabila rupiah terlalu menguat, maka BI akan segera menahannya agar dolar tidak terlalu melemah.
Farial Anwar yang juga Direktur Currency Management Group, menyebutkan, apabila rupiah menguat dengan masuknya capital inflow (arus modal) ke pasar uang, maka posisi yang paling nyaman bagi rupiah berada di level 9.300 per dolar.
"Kami optimistis rupiah akan berada di level 9.300 per dolar sejalan dengan makin tumbuhnya ekonomi di dalam negeri yang diperkirakan mencapai 5,5 persen," katanya.
Ia mengatakan, rupiah untuk menguat terlihat sulit, namun kalau merosot cenderung mudah. Hal ini disebabkan pasar uang Indonesia mudah diatur oleh pelaku asing yang memiliki modal lebih kuat.
"Mata uang Indonesia sebelumnya sempat mencapai angka 9.365 per dolar, namun tidak berlangsung lama dan terus terpuruk hingga di atas angka 9.400 per dolar bahkan sempat di atas angka 9.500 per dolar minggu ketiga bulan Desember," katanya.
Rupiah dua bulan lalu, lanjut dia, bergerak naik maupun turun hingga posisinya di kisaran 9.450 sampai 9.500 per dolar, karena Bank Indonesia (BI) menjaganya agar mata uang itu tidak berada di luar kisaran tersebut.
"BI mempunyai kepentingan terhadap dolar, apabila rupiah menguat terlalu tajam maka akan mengganggu pendapatan yang diperoleh dalam bentuk dolar," katanya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009