Gorontalo (ANTARA News) - Warga Gorontalo mengecam aksi brutal sejumlah aparat kepolisian yang merusak rumah warga di sekitar kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG) ketika terjadi bentrok dengan mahasiswa, Selasa.
Dua warung internet, toko, dan sejumlah rumah diobrak-abrik polisi.
"Kami sudah beritahu polisi tak ada mahasiswa di dalam rumah, namun mereka nekat mendobrak pintu dan merusak kaca jendela rumah dan toko. Adik perempuan saya bahkan mau dipukuli," ungkap Dewi, pemilik toko di samping kampus.
Warga ketakutan saat polisi mengeluarkan tembakan dan lari menyelamatkan diri dari ancaman peluru nyasar.
Rencananya warga akan menuntut perbuatan polisi tersebut serta meminta ganti rugi atas kerusakan yang dialami.
"Warnet saya diobrak-abrik, kami dipukuli dan disuruh mengaku sebagai mahasiswa. Padahal saya hanya penjaga warnet. Pelanggan kami juga dipukuli dan yang lainnya jatuh pingsan," ujar Fikri Umar, pemilik warnet di samping kampus UNG.
Seorang wartawan media nasional juga sempat menjadi sasaran pemukulan oleh polisi saat sedang mengambil gambar.
Bentrokan berawal ketika sejumlah mahasiswa yang hendak berunjukrasa terkait kedatangan Wakil Presiden Boediono ke Gorontalo, dihalangi oleh polisi.
Polisi menjaga ketat kampus tersebut dan hanya mengijinkan mahasiswa menyampaikan orasinya di depan kampus.
Hal tersebut memicu kemarahan mahasiswa yang akhirnya melempari polisi dengan batu karena ingin polisi segera meninggalkan kampus.
Bentrok terjadi sekitar pukul 15.00 WITA Selasa sore dan kembali meledak pada pukul 17.00 WITA.
Kapolda Gorontalo dan Rektor UNG sempat berupaya melakukan negsosiasi, namun gagal karena mahasiswa dan polisi enggan untuk berdamai.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di sekitar kampus UNG masih mencekam dan polisi masih memburu mahasiswa yang dinilai provokatif.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009