Solo (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI mendorong "pernikahan massal" antara SMK dengan industri agar tercipta lebih banyak produk inovatif di dalam negeri.
"Kalau link and match dari sisi kurikulum kan sudah banyak dilakukan, tetapi kalau sampai ke teaching factory masih perlu ditingkatkan," kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto di sela peluncuran produk buatan SMK Katolik St Mikael Surakarta di Solo, Selasa.
Meski demikian, dikatakannya, sudah cukup banyak SMK yang mampu menghasilkan produk inovatif yang sudah diproduksi secara massal melalui kerja sama dengan industri.
"Memang saat ini sudah cukup banyak produk dari SMK dan politeknik yang sudah siap masuk pasar, termasuk mesin CNC yang diciptakan SMK Mikael ini, yaitu CNC turning 3 axis," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini mesin tersebut sudah diciptakan sebanyak empat unit dengan harga jual sekitar Rp300 juta. Meski demikian, saat ini mesin tersebut masih digunakan secara internal, yaitu SMK Mikael dan Politeknik ATMI.
"Ini sifatnya embrio lompatan teknologi karena biasanya mesin CNC kan impor, dari Jepang, Taiwan, Jerman. Sementara kita bisa bikin sendiri, yang harus ditingkatkan adalah tingkat komponen dalam negeri. Saya ke sini untuk benar-benar jemput bola, bagaimana caranya hasil yang didapat ini dibeli oleh Indonesia. Kalau Indonesia saja belum bisa beli produk sendiri, apa negara lain mau beli," katanya.
Terkait hal itu, saat ini pihaknya tengah merancang cara yang tujuannya mampu mendorong pasar di Indonesia membeli produk SMK ini.
"Ini baru kami pikirkan, apakah nanti membuat project khusus untuk mendorong agar produk ini dapat dibeli. Kami sedang rancang dari sisi kebijakan maupun meng-create market," katanya.
Sementara itu, jika nantinya pasar sudah terbentuk dan pesanan sudah masuk, maka ada dua strategi yang dapat diterapkan, yaitu memperkuat teaching factory di dalam SMK dan SMK harus "menikah" atau link and match dengan industri.
"Untuk teaching factory ini artinya ada unit produksi secara profesional di dalam SMK, tetapi ini lebih ke batch kecil, sedangkan dengan industri nanti jika memproduksi secara massal," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini sudah ada beberapa SMK yang sudah menerapkan sistem teaching factory, salah satunya SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo yang memiliki pabrik berukuran besar dan memproduksi alat kesehatan berupa ranjang untuk pasien di rumah sakit.
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020