Temanggung (ANTARA News) - Tradisi masyarakat di lereng Gunung Sindoro tepatnya di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Temanggung, Jawa Tengah selalu menggelar sendratari "sekar gadung" untuk keselamatan warga desa.

Sendratari yang digelar setahun sekali pada 10 Suro (penanggalan Jawa) yang tahun ini bertepatan pada hari Minggu, ramai dikunjungi masyarakat, bahkan warga setempat yang berada di perantauan menyempatkan datang untuk menyaksikannya.

Pertunjukan dalam rangkaian ulang tahun desa itu diawali dengan ritual di sendang atau mata air Sedandang yang berada di desa tersebut pada Minggu sore.

Sendang Sedandang merupakan sumber air bagi warga setempat bahkan karena debit airnya cukup besar dimanfaatkan PDAM Temanggung untuk dialirkan ke beberapa kecamatan.

Ritual di sendang itu diawali dengan sejumlah pemuda berpakaian ala warok membawa gunungan kecil yang terbuat dari hasil bumi dari daerah setempat baik berupa buah-buahan maupun sayur-sayuran.

Dibawa secara terpisah hasil bumi yang lain, yakni ubi jalar, jagung, padi, beras kuning, dan satu tandan pisang raja. Selain itu dibawa dalam satu usungan dengan gunungan sebuah tumpeng nasi yang di atasnya ditanam tujuh batang lidi.

Sesepuh Desa Tlahap, Wardiyanto mengatakan, sesaji berupa hasil bumi itu merupakan tanda syukur kepada Tuhan YME atas melimpahnya rezeki yang diterima masyarakat. Sesaji itu kemudian dibawa ke tempat pertunjukan sendratari.

Pertunjukan sendratari "sekar gadung" yang dimulai pada Minggu malam itu menceritakan tentang tokoh Kiai Jogorekso sebagai orang pertama yang membuka Desa Tlahap bersama istrinya Rantamsari menyelenggarakan jamuan dalam rangka ulang tahun desa dengan mengundang sejumlah penguasa.

Sejumlah tokoh tersebut, yakni Lamjari, Nyai Blorong, Ratu Pantai Selatan, Ki Ageng Selo, Tejo Arum, Tejo Kusumo, Retno Dumilah, dan Panembahan Senopati.

Pada jamuan tersebut Ki Ageng Selo memberikan wejangan atau kotbah kepada para tamu dan Kiai Jogorekso berharap dengan ulang tahun desa tersebut agar warga desa selalu diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala mara bahaya.

Pertunjukan yang disaksikan ratusan orang itu, hampir seluruh pemain sendratari mengalami kesurupan kecuali Penembahan Senopati.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009