Semarang (ANTARA News) - Posisi Amien Rais pada Kongres III Partai Amanat Nasional (PAN) di Batam tanggal 7-10 Januari 2010 sebaiknya netral karena jika condong pada salah satu kandidat justru akan "bunuh diri".
"Sebaiknya Amin Rais netral saja, karena kalau tidak netral maka sama halnya dengan mematikan dirinya sendiri," kata pengamat politik dari Universitas Diponegoro Semarang, Susilo Utomo, di Semarang, Minggu.
Susilo mengatakan, sebelumnya PAN adalah representasi Muhammadiyah sebagai partai modern. Namun, sekarang justru bergeser menjadi partai tradisional dan representasi tokoh Amien Rais seperti Gus Dur di PKB sebelum Muhaimin Iskandar.
Awalnya, PAN merupakan representasi gerakan Muhammadiyah. Namun, perjalanannya, PAN menjadi representasi ketokohan Amien Rais. Kondisi tersebut bermula pada pertarungan antara Faisal Basri (mantan Sekjen PAN) dan Amien Rais yang kemudian Faisal Basri menginginkan agar PAN pluralis dan nasional serta keluar dari bayang-bayang Muhammadiyah. Namun, Faisal terlempar dari PAN dan Amien menjadi tokoh utama di PAN.
Perpindahan kepemimpinan Amien Rais bergeser ke Sutrisno Bachir, terjadi karena yang Sutrisno Bachir mendapat restu dari Amien. Amien Rais menjadi tokoh identik di PAN, sehingga tokoh yang akan mendapat restu dari Amien Rais lah yang akan terpilih. Soetrisno Bachir sendiri berjasa pada saat Pilpres 2004.
"Berdasarkan pengalaman tersebut, sekarang siapa pun yang maju asal mendapat restu dari Amien Rais, maka yang akan terpilih kecuali karena faktor lain yang luar biasa," katanya.
Saat ini, lanjut Susilo, sudah menjadi rahasia umum bahwa Hatta Radjasa adalah putra mahkota Amien Rais. Apalagi, terdapat tiga menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II yang berasal dari PAN.
"Dukungan Amien sepertinya ke Hatta Radjasa. Untuk Drajad, adalah kader Amien, akan tetapi Drajad pada Pilpres 2009 terlihat lebih mengarah kepada kebijakan Jusuf Kalla. Seandainya sekarang Amien Rais netral, kalkulasi politik menunjukan Hatta Radjasa akan tetap menang," katanya.
Kemenangan Hatta Radjasa, tambah Susilo, dapat dibaca karena yang bersangkutan menjadi menteri yang akan mendapat dukungan dari Cikeas. Hal itu, seperti halnya Munas Golkar yang ditunjukkan dengan kemenangan Aburizal Bakri yang berhadapan dengan Surya Paloh.
"Kekhawatiran yang mungkin muncul adalah Drajad Wibowo mencalonkan adalah skenario Amien Rais agar Kongres ramai atau permainan agar anaknya menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) seperti Gus Dur yang mengajukan Yeni Wahid di PKB yang justru akan mematikan dirinya sendiri," katanya.
Susilo melihat, untuk Drajad, karena tidak memiliki gizi yang cukup, dirinya menggandeng Hanif Rais (anak Amien Rais, red.) untuk dijadikan Sekjen.
"Itu, adalah manuver. Jika Amien mendukung Drajad, tentu justru akan menjadi boomerang bagi Amien Rais seperti halnya Gus Dur yang mendukung Cak Imin yang kemudian justru `memakan` Gus Dur," katanya.
Susilo menambahkan, tentu Amien tidak ingin mengulang sejarah Gus Dur.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009